Rayuan Tante

CERITA SEX - Dalam kehidupanku banyak dihiasi oleh banyak perempuan, namun kali ini aku mendapatkan
sosok wanita yang beda dari yang selama ini pernah aku rasakan. Wanita yang kali ini bisa
dibilang tante-tante karena umurnya yang sudah gak muda lagi sekitar 35 tahunan. Namun
dibalik umurnya yang sudah gak muda lagi tersimpan tubuh yang sangat aduhai sekali, gak
kalah dengan gadis remaja saat ini. Bodinya langsing, pantatnya besar, buah dadanya
lumayan besar dan wajahnya yang halus, menjadi sensasi Sex ku kali ini.



Agen Judi Online Terpercaya 

Sebut saja namnya tante ayu. Wanita 35 tahun yang bekerja sebagai staf disebuah kantor
provinsi. Karena kebiasaanku datang ke kantor itu untuk meminjam buku untuk tugasku aku
mengenal tante ayu. Sejak pertma aku melihatnya aku langsung terpana dengan kecantikan dan
kemolekan tubuh tante ayu ini. Hingga akhirnya aku bisa mengenalnya dan semakin hari
semakin dekat tantu ayu. Kita lebih akrab dan kadang jika tante ayu sedang istirahat
kantor, dia mengajakku untuk makan siang di resto belakang kantornya.
Aku yang sudah naksir dengannya pun tak menolak dengan ajakan tante ayu itu. Disela makan
siang tante ayu juga sempat memberitahukan kepadaku tentang anak perempuannya yang juga
sydah dewasa. Dan tante ayu juga melihatkan fotonya kepadaku, sungguh anaknya juga gak
kalah cantik dengan ibunya. Namun dari segi keseksian ibunya lebih seksi dari anaknya. Dan
aku sendiri merasakan hal yang berbeda karena aku lebih suka pada tante ayu ketimbang
anaknya yang masih muda, padahal umurku juga masih sangat muda. Waktu itu umurku baru 23
tahun.
Hingga akhirnya suatu sore saat aku sedang mau meminjam buku, aku dipanggil tante ayu.
“Kamu mala mini ada acra gak dik??” tanya tante ayu. “Eeemmm..gak ada sih tante, emang
kebapa tante?” jawabku. “Kamu mau gak temenin tante nonton konser” ajak tante ayu.
“boleh-boleh aja siih tante, Konser dimana tante” jawabku. “di café …..” tante ayu
menyebutkan sebuah nama café. “Oke deeeh tante” jawabku. “Tunggu sebentar ya, tante mau
ganti baju dulu” ucap tante ayu. “Iyha tante” jawabku singkat.
Tak berapa lama kutunggu, Ibu Ayu sudah menemuiku dengan berganti pakaian dinasnya menjadi
blus ketat dengan jins, wah.., oke juga nih ibu-ibu, nggak mau kalah dengan yang muda
dalam soal dugem.
“Ayo!” Ajaknya
Aku pun mengikutinya menuju Mobilnya dan berlalu dari kantor instansi tersebut.
“Kemana kita?, bukannya konsernya ntar malam?” Tanyaku
“Bagaimana kalo kita cari makan dulu sambil ngobrol-ngobrol nunggu jam lapan buat nonton
konser ? ” Usulnya
“Boleh juga!, dimana?”
“Ntar, liat aja, biar Ibu yang charge, OK!”
“Aku pun mengangguk mengiyakan nya”

Di sebuah resto china dijalan protokol kota ini, setelah menyantap hidangan laut, kami pun
mengobrol mengahbiskan waktu dengan membahas berbagai persoalan baik itu maslah sosial
maupun pribadi. Seperti halnya Ibu Ayu menceritakan padaku tentang bagaimana menjemukannya
kehidupan rumah tangganya.
“Wah, kalau soal itu saya tidak bisa memberikan pendapat, Bu!, masalahnya saya belum
pernah berumah tangga.” kataku merespon nya
“Ini cuma sekedar curhat koq, Dik!, biar besok menjadi semacam panduan bila nantinya dik
Adi sudah menjalan kehidupan bersama” Jawab Ibu Ayu diplomatis
“Dan, jangan panggil Ibu, dong!, panggil saja Mbak, khan usia kita ngga terlalu jauh
banget bedanya, paling cuma 13 tahun !” Tambahnya
“Dan aku pun tertawa mendengar kelakar tersebut”.Cerita Sex Terbaru

Ketika waktu telah menunjukkan saatnya, kami keluar dari resto tersebut disambut dengan
gerimis, berlari-lari menuju mobil untuk meluncur ke cafe yang dimaksud. Selama konser
tampak Ibu Ayu sangat menikmati suasana tersebut sambil sesekali mengenggam tanganku,
sehingga mau tidak mau pun aku menjadi ikut terbawa oleh suasana yang menyenangkan.
Konser pun berakhir, dan saatnya kami untuk pulang. Sambil-sesekali berceloteh dan
bersenandung, kami menuruni tangga cafe, yang entah karena apa, Ibu Ayu terpeleset namun
untunglah aku sempat memegangi nya namun salah tempat karena secara reflek aku menariknya
kedalam pelukan ku dan tersentuh buah dadanya. Sejenak Ibu Ayu terdiam, memandangku,
mempererat pelukannya dan seakan enggan melepaskannya.
“Bu, eh..Mbak, udah dong, malu ntar dilihat orang” Kataku
Dia pun melepaskan pelukannya, dan kami menuju ke mobil dengan keadaan Ibu Ayu sedikit
pincang kaki nya. Tengah malam kurang sedikit, kami sampai di rumah Ibu Ayu, karena aku
sudah terbiasa pulang pagi, jadi kudahulukan untuk mengantar kerumahnya untuk memastikan
keadaannya. Rumah dalam keadaan sepi, penghuninya sudah tidur semua kurasa, dan aku pun
duduk di sofa sambil sejenak melepaskan lelah. Sambil terpincang-pincang, Ibu Ayu
membawakan segelas teh manis hangat untukku, dan duduk di sampingku. Aku jadi teringat
kejadian di tangga cafe tadi.
“Masalah tadi, maafin saya Mbak, itu reflek yang nggak sengaja.” Kataku
“Nggak papa koq, Mbak ngga hati-hati sih, pegel banget nih!” Katanya
“Sini saya pijitin” kataku sambil mengangkat kakinya dang menggulung celana jins nya
sampai selutut

Dia pun merebahkan badannya agar aku bisa leluasa memijitnya. Tak berapa lama kemudian dia
bangkit sambil ikut memijiti kakinya sendiri. Saat tangan kami bersentuhan ada getar-getar
halus yang kurasakan menggodaku namun berhasil kutepiskan. Namun tak disangka, Ibu Ayu
memegang lengan ku dan menarikku ke dalam pelukannya.

“temani aku malam ini, Dik!” Bisiknya lirih di telingaku

Kurasa habislah pertahanan ku kali ini. Di lumatnya bibirku dengan ganasnya, apa boleh
buat, aku pun memberikan respon serupa. Kami saling berpagut dengan sesekali mempermainkan
lidah. Tangannya menggerayangi tubuhku, mengusap-usap celanaku yang menggembung, sedangkan
aku meremas-remas buah dadanya yang masih cukup ranum untuk wanita seusianya.

Lama kami bercumbu di atas sofa, lalu Ibu Ayu menggamitku untuk memasuki kamarnya, dan
kami meneruskan cumbuan sepuas-puasnya. Foreplay dilanjutkan setelah kami saling membuka
baju, hanya tinggal mengenakan celana dalam saja kami bergelut di atas kasur yang empuk
dalam kamar berpendingin udara. Kujilati puting susunya sampai Mbak Ayu mendesah-desah,
sementara tangannya menggengam kemaluanku yang dengan lembut dikocoknya perlahan.

“Mbak.., aku buka ya, celananya!” Bisikku yang disambut dengan anggukannya
Setelah secarik kain tipis itu terlepas dari pinggulnya, Ibu Ayu mengangkang kan pahanya,
dan tampak vaginanya yang kehitaman tertutup lebat rambut. Saat kusibak kerimbunan itu,
gundukan daging itu berwarna kemerahan berdenyut panas.
Ibu Ayu memekik dan mendesah perlahan saat vaginanya kujilati. Ditekan nya kepalaku
sepertinya dia sangat menikmati permainan ini, sampai suatu saat kurasa vaginanya mulai
basah dengan keluarnya lendir yang berlebihan.

Dengan nafas terengah-engah Ibu Ayu menarik kemaluanku untuk dimasukkan kedalam vaginanya.
Kupegan tangannya dan kupermainkan kemaluanku di pintu masuk liang kenikmatan nya itu
beberapa lama, kupukul-pukul kan kepala kemaluanku dibibir vaginanya, kumasukkan
kemaluanku sedikit dalam vaginanya lalu kutarik keluar kembali, begitu berulang-ulang.

“Ayo dong, Dik!, jangan buat aku semakin ……” bisiknya
“Tapi aku belum pernah berhubungan badan, Mbak!” Balasku berbisik
“Ayolah, Dik!, aku beri kamu pengalaman menikmati surga ini, ayo..!”
“Akupun mengangguk”

Ibu Ayu berbaring telentang di pinggiran ranjang dengan kaki mengangkang, sementara aku
berlutut hendak memasukkan kemaluanku. Di pegangnya kemaluanku dan di arahkan ke dalam
vaginanya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku dibibir vaginanya sementara dia mendesah-
desah, lalu dengan dorongan perlahan kubenamkan seluruh kemaluanku kedalam liang
vaginanya.

Sebuah sensasi kenikmatan dan kehangatan yang luar biasa menyelubungi ku, sejenak keresapi
kenikmatan ini sebelum Ibu Ayu mulai mengalungkan pahanya pada pinggulku dan memintaku
untuk mulai menyetubuhi nya.

Kudorong tubuh Ibu Ayu ketengah ranjang, setelah tercapai posisi yang enak, kugerakkan
pinggulku maju mundur mengeksplorasi seluruh kenikmatan yang dimiliki oleh Ibu Ayu.
Ruangan kamar yang dingin seolah tidak terasa lagi, yang ada hanya lengguhan-lengguhan
kecil kami di timpahi suara kecepok beradunya kemaluan kami, sementara disekeliling kepala
kami terbungkus dengan hawa dan bau khas orang bersetubuh.

“hh..terus, Dik!, goyangnya yang cepat..Ohh..ohh, Ouuch!” Desahnya
“Yang erat, Mbak!, ayo sayang,..sshh,..hhh..” Desahku
“Ouuw…hh..,…lebih ce…aaahhhh!”
“Tenang aja, manisku…ohh.., enak Mbak!”
“Sss….sama…aku juga…ohh..ohh!”

Entah sudah berapa lama kami saling bergelut mencari kenikmatan, lambat laun kemaluanku
terasa seperti diremas-remas, lalu Ibu Ayu mendesah panjang sebelum pelukannya terasa
melemah.
“aku.., sam…,Dik!, …Aaaaakkhhh !” Desahnya

Kurasakan momen ini yang ternikmat dari bagian-bagian sebelumnya, maka sebelum remasan-
remasan itu mengendur, kupercepat gerakanku dan kurasakan panas tubuhku meningkat sebelum
ada sesuatu yang berdesir dari seluruh bagian tubuhku untuk segera berebut keluar lewat
kemaluanku yang membuatku bergetar hebat dengan memeluk tubuh Ibu Ayu lebih erat lagi

“Ouuuhhh..ooouuuhh….!” Desahku tak lama kemudian

Aku bergulir di samping Ibu Ayu mencoba mengatur nafas, sementara dia terpejam dengan
ritme nafas yang tak beraturan juga. Kemaluan ku masih tegak berdiri berkilat-kilat
diselimuti cairan-cairan licin sebelum lemas

Setelah beberapa saat, nafasku pulih kembali, kubelai rambut Ibu Ayu. Dia tersenyum
padaku.
“Makasih, Mbak! Enak sekali tadi” Kataku tersenyum
“Sama-sama,Dik! Hebat sekali kamu tadi, padahal baru pertama, ya! ” jawabnya

Ibu Ayu mencoba duduk, kulihat cairan spermaku meleleh keluar dari lipatan vaginanya yang
lalu di usapnya dengan selimut.


“Aku keluarkan di dalam tadi, Mbak! habis enak dan ngga bisa nahan lagi, ngga jadi anak
khan nanti?” Tanyaku
“Enggak, santai saja, sayang!” Katanya manja sambil mencium pipiku
“Emm..,Mbak!” Tanyaku
“Apa sayang?” Jawabnya
“Kapan-kapan boleh minta lagi, nggak?”

“Anytime, anywhere, honey!” Katanya sambil memelukku dan melumat bibirku.
Setelah kejadian itu, tiga hari berikutnya aku menikmati servis istimewa dari Ibu Ayu
untuk lebih mengeksplorasi ramuan kenikmatan dengan berbagai gaya yang diajarkan olehnya,
bahkan masih berlangsung hingga saat ini.

Pada mulanya anaknya yang kuincar menjadi cewek ku, ternyata malah mendapat layanan plus
yang memuaskan dari ibunya.


Klik Juga -  Kumpulan Foto Seksi


Agen Judi Online Terpercaya

Abg Sange Dan Pembantu

CERITA SEX -  Sebut saja namaku Fredi, umurku saat ini 36 tahun, aku sudah mempunyai istri dan seorang
Silvik. Kehidupanku juga sudah sangat mapan dengan jabatanku sebagai manager sebuah
perusahaan besar. aku mempunyai kebiasaan yang lain daripada yang lain dengan sering kali
mengajak tukar pasangan kepada teman-temanku. Dan sering juga aku diajak tukar pasangan
dengan teman-temanku. Namun yang aku tukarkan bukan istriku tapi gadis-gadis ABG yang aku
kencani. Teman yang paling sering mengajaku untuk bertukar pasangan adalah Juna, jadi kita
sudah tau selera kita masing-masing.



Agen Judi Online Terpercaya 

Malam itu setelah aku mengencani seorang gadis ABG muda, aku membawanya kesebuah hotel dan
terus menikmati tubuhnya yang sangat bergairah. ABG ini namanya Nita, umurnya masih 23
tahun, wajahnya sangat cantik, kulitnya putih bersih, memeknya masih ditumbuhi bulu-bulu
halus, klitoris yang merah merona, membuat persetubuhanku malam itu sangat memuaskanku
hingga aku tertidur lelap karena 10 rondeku bersama dengan Nita.
Pagi harinya setelah aku terbangun aku mendapatkan penawaran dari Juna, dia mengajakku
untuk bertukar pasangan dengannya karena Juna tau kalau semalam aku habis meniduri seorang
ABG. Tanpa memakai lama, aku langsung menyetujui ajakan Juna untuk bertukar pasangan
dengan syarat wanita yang dibawa Juna harus menarik dan bergairah, lalu aku meminta Juna
untuk mengirimkan foto wanita yang akan ditukarkan. Tak berapa lama Juna mengirimkan
sebuah foto wanita yang sangat menarik sekali. Kulitanya putih, bibirnya tipis, wajahnya
imut, dan yang pasti bentuk tubunya sangat menarik perhatianku. Tanpa lama aku lansgung
menelpon Juna dan langsung menyuruh Juna kehotel tempatku semalam meniduri Nita.
Pagi harinya setelah aku terbangun aku mendapatkan penawaran dari Juna, dia mengajakku
untuk bertukar pasangan dengannya karena Juna tau kalau semalam aku habis meniduri seorang
ABG. Tanpa memakai lama, aku langsung menyetujui ajakan Juna untuk bertukar pasangan
dengan syarat wanita yang dibawa Juna harus menarik dan bergairah, lalu aku meminta Juna
untuk mengirimkan foto wanita yang akan ditukarkan. Tak berapa lama Juna mengirimkan
sebuah foto wanita yang sangat menarik sekali. Kulitanya putih, bibirnya tipis, wajahnya
imut, dan yang pasti bentuk tubunya sangat menarik perhatianku. Tanpa lama aku lansgung
menelpon Juna dan langsung menyuruh Juna kehotel tempatku semalam meniduri Nita.
Sambil menunggu Juna datang, aku melihat Nita udah bangun. “Ada apa om, mau maen lagi
gak”, katanya sambil tersenyum. “Belum puas semalem ya Nit. Temen om tadi nelpon ngajakin
om tuker pasangan. Nita mau gak maen ama temennya om. Dia juga ahli kok nggarap cewek abg
kaya Nita”, jawabku. “Kalo nikmat ya Nita sih mau aja”, Nita bangun dari tempat tidur dan
masuk kamar mandi.
Aku menyusulnya. Sebenarnya aku napsu lagi ngeliat Nita yang masih telanjang bulat, tetapi
karena Silvi mau dateng ya aku tahan aja napsuku. Kita mandi sama sambil saling menyabuni
sehingga Penisku ngaceng lagi. “Om, kontolnya ngaceng lagi tuh, maen lagi yuk”, ajak Nita
sambil ngocok kontolku. “Kan Nita mau maen ama temennya om, nanti aja maennya.
Temen om ama ceweknya lagi menuju kemari”, jawabku. Sehabis mandi, kita sarapan dulu. Nita
tetep aja bertelanjang bulat sementara aku cuma pake celSilvi pendek saja. Selesai makan
aku menarik Nita saung dipinggir kolam renang yang ada dibelakang rumahku. Nita kupeluk
dan kuciumi sementara tanganku sibuk meremes2 toket montoknya. Nitapun gak mau kalah,
kontolku digosok2nya dari luar celSilvi ku.Cerita Sex Terbaru
Sedang asik, Juna dan Silvi datang. Juna sudah biasa kalo masuk rumahku langsung nyelonong
aja kedalem, karena kami punya kunci rumah masing2. Silvi ternyata cantik juga, seperti
bintang sinetron berdarah arab yang aku lupa namanya. Silvi make pakean ketat, sehingga
toketnya yang besar tampak sangat menonjol. Pantatnya yang besar juga tampak sangat
menggairahkan. Silvi terkejut melihat Nita yang bertelanjang bulat. Kuperkenalkan Nita
pada Juna, Juna langsung menggandeng Nita masuk ke rumah.
“An, Juna bilang dia nikmat banget ngentot sama kamu, Memek kamu bisa ngempot ya, aku jadi
kepingin ngerasain diempot juga”, kataku sambil mencium pipinya. “An, kamu napsuin banget,
tetek besar dan pantat juga besar”. “Nita kan juga napsuin pak”, jawabnya sambil duduk
disebelahku di dipan. “Jangan panggil pak dong, panggil om. Kan saya belum tua”, kataku
sambil memeluknya. Kucium pipinya sambil jemariku membelai-belai bagian belakang
telinganya.
Matanya terpejam seolah menikmati usapan tanganku. Kupandangi wajahnya yang manis,
hidungnya yang mancung lalu bibirnya. Tak tahan berlama-lama menunggu akhirnya aku mencium
bibirnya. Kulumat mesra lalu kujulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan menerima
lidahku. Lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya begitu agresif
menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tidak beraturan.
Sesaat ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi dan lagi.
Kubelai pangkal lengannya yang terbuka. Kubuka telapak tanganku sehingga jempolku bisa
menggapai permukaan dadanya sambil membelai pangkal lengannya. Bibirku kini turun menyapu
lehernya seiring telapak tanganku meraup toketnya. Silvi menggeliat bagai cacing
kepSilvisan terkena terik mentari.
Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutnya di saat lidahku menjulur menikmati
lehernya yang jenjang. “Om….” Silvi memegang tanganku yang sedang meremas toketnya dengan
penuh napsu. Bukan untuk mencegah, karena dia membiarkan tanganku mengelus dan meremas
toketnya yang montok.”Sil, aku ingin melihat toketmu”, ujarku sambil mengusap bagian
puncak toketnya yang menonjol. Dia menatapku. Silvi akhirnya membuka tank top ketatnya di
depanku. Aku terkagum-kagum menatap toketnya yang tertutup oleh Bra berwarna merah.
Toketnya begitu membusung, menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasnya yang
memburu. Sambil berbaring Silvi membuka pengait Branya di punggungnya. Punggungnya
melengkung indah. Aku menahan tangan Silvi ketika dia mencoba untuk menurunkan tali Bra
nya dari atas pundaknya. Justru dengan keadaan Bra nya yang longgar karena tanpa pengait
seperti itu membuat toketnya semakin menantang. “toketmu bagus, Sil”, aku mencoba
mengungkapkan keindahan pada tubuhnya.

Perlahan aku menarik turun cup Branya. Mata Silvi terpejam. Perhatianku terfokus ke
pentilnya yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu
runcing dan kaku. Kuusap pentilnya lalu kupilin dengan jemariku. Silvi mendesah. Mulutku
turun ingin mencicipi toketnya. “Egkhh..” rintih Silvi ketika mulutku melumat pentilnya.

Kupermainkan dengan lidah dan gigiku. Sekali-sekali kugigit pentilnya lalu kuisap kuat-
kuat sehingga membuat Silvi menarik rambutku. Puas menikmati toket yang sebelah kiri, aku
mencium toket Silvi yang satunya yang belum sempat kunikmati. Rintihan-rintihan dan
desahan kenikmatan keluar dari mulut Silvi. Sambil menciumi toket Silvi, tanganku turun
membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahan turun mengitari
lembah di bawah perut Silvi.

Kubelai pahanya sebelah dalam terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba
Vaginanya yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Silvi. Aku secara
tiba-tiba menghentikan kegiatanku lalu berdiri di samping dipan. Silvi tertegun sejenak
memandangku, lalu matanya terpejam kembali ketika aku membuka jeans warna hitamnya. Aku
masih berdiri sambil memandang tubuh Silvi yang tergolek di dipan, menantang. Kulitnya
yang tidak terlalu putih membuat mataku tak jemu memandang. Perutnya begitu datar.

Celana jeans ketat yang dipakainya telihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada
bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatnya yang sempurna. Puas
memandang tubuh Silvi, aku lalu membaringkan tubuhku disampingnya. Kurapikan untaian
rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leher Silvi. Kubelai lagi
toketnya. Kucium bibirnya sambil kumasukkan air liurku ke dalam mulutnya. Silvi
menelannya.

Tanganku turun ke bagian perut lalu menerobos masuk melalui pinggang celana jeans Silvi
yang memang agak longgar. Jemariku bergerak lincah mengusap dan membelai selangkangan
Silvi yang masih tertutup celSilvi dalamnya. jari tengah tanganku membelai permukaan
celSilvi dalamnya tepat diatas Vaginanya, basah. Aku terus mempermainkan jari tengahku
untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuh Silvi. Pinggul Silvi perlahan bergerak
ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang dialaminya.

aku menyuruh Silvi untuk membuka celana jeans yang dipakainya. Tangan kanan Silvi berhenti
pada permukaan kancing celananya. Silvi lalu membuka kancing dan menurunkan reitsliting
celana jeansnya. Celana dalam hitam yang dikenakannya begitu mini sehingga jembut keriting
yang tumbuh di sekitar Vaginanya hampir sebagian keluar dari pinggir celana dalamnya. Aku
membantu menarik turun celana jeans Silvi. Pinggulnya agak Nitaikkan ketika aku agak
kesusahan menarik celana jeans Silvi. Akupun melepas celana pendekku. Posisi kami kini
sama-sama tinggal mengenakan celana dalam.

Tubuhnya semakin seksi saja. Pahanya begitu mulus. Memang harus kuakui tubuhnya begitu
menarik dan memikat, penuh dengan sex appeal. Kami berpelukan. Kutarik tangan kirinya
untuk menyentuh Penisku dari luar celana dalamku. “Oh..” Silvi menyentuh Penisku yang
tegang. “Kenapa, Sil?” tanyaku. Silvi tidak menjawab, malah melorotkan celana dalamku.
Langsung Penisku yang panjangnya kira-kira 19cm serta agak gemuk dibelai dan digenggamnya.

Belaiannya begitu mantap menandakan Silvi juga begitu piawai dalam urusan yang satu ini.
“Tangan kamu pintar juga ya, Sil,”´ ujarku sambil memandang tangannya yang mengocok
Penisku. “Ya, mesti dong!” jawabnya sambil cekikikan. “Om sama Nita semalem maen berapa
kali?” tanyanya sambil terus mengurut-urut Penisku. “Kamu sendiri semalem maen berapa kali
sama Juna?” aku malah balik berrtanya. Mendapat pertanyaan seperti itu entah kenapa
nafsuku tiba-tiba semakin liar.

Silvi akhirnya bercerita kalau Juna napsu sekali tadi malem menggeluti dia. Mau berapa
kali Juna meminta, Silvi pasti melayaninya. Mendengar perjelasan begitu jari-jariku masuk
dari samping celana dalam langsung menyentuh bukit Vagina Silvi yang sudah basah.
Telunjukku membelai-belai i tilnya sehingga Silvi keenakan. “Kamu biasa ngisep kan, An?”
tanyaku. Silvi tertawa sambil mencubit Penisku. Aku meringis.

“Kalo punya om mana bisa?” ujarnya. “Kenapa memangnya?” tanyaku penasaran. “Nggak muat di
mulutku,” selesai berkata demikian Silvi langsung tertawa kecil. “Kalau yang dibawah,
gimana?” tanyaku lagi sambil menusukkan jari tengahku ke dalam Vaginanya. Silvi merintih
sambil memegang tanganku. Jariku sudah tenggelam ke dalam liang Vaginanya. Aku merasakan
Vaginanya berdenyut menjepit jariku. Ugh, pasti nikmat sekali kalau Penisku yang diurut,
pikirku. Segera celana dalamnya kulepaskan.

Perlahan tanganku menangkap toketnya dan meremasnya kuat. Silvi meringis. Diusapnya lembut
Penisku keras banget. Tangannya begitu kreatif mengocok Penisku sehingga aku merasa
keenakan. Aku tidak hanya tinggal diam, tanganku membelai-belai toketnya yang montok.
Kupermainkan pentilnya dengan jemariku, sementara tanganku yang satunya mulai meraba
jembut lebat di sekitar Vagina Silvi. kuraba permukaan Vagina Silvi.

Jari tengahku mempermainkan itilnya yang sudah mengeras. Penisku kini sudah siap tempur
dalam genggaman tangan Silvi, sementara Vagina Silvi juga sudah mulai mengeluarkan cairan
kental yang kurasakan dari jemari tanganku yang mengobok-obok Vaginanya. Kupeluk tubuh
Silvi sehingga Penisku menyentuh pusarnya. Tanganku membelai punggung lalu turun meraba
pantatnya yang montok. Silvi membalas pelukanku dengan melingkarkan tangannya di pundakku.

Kedua telapak tanganku meraih pantat Silvi, kuremas dengan sedikit agak kasar lalu aku
menaiki tubuhnya. Kaki Silvi dengan sendirinya mengangkang. Kuciumi lagi lehernya yang
jenjang lalu turun melumat toketnya. Telapak tanganku terus membelai dan meremas setiap
lekuk dan tonjolan pada tubuh Silvi. Aku melebarkan kedua pahanya sambil mengarahkan
Penisku ke bibir Vaginanya. Silvi mengerang lirih. Matanya perlahan terpejam.

Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju birahinya yang semakin kuat. Silvi
menatap aku, matanya penuh nafsu seakan memohon kepadaku untuk memasuki Vaginanya.”Aku
ingin mengentotmu, Sil” bisikku pelan, sementara kepala Penisku masih menempel di belahan
Vagina Silvi. Kata ini ternyata membuat wajah Silvi memerah. Silvi menatapku sendu lalu
mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. aku berkonsentrasi penuh dengan menuntun
Penisku yang perlahan menyusup ke dalam Vagina Silvi.

Terasa seret, memang, nikmat banget rasanya. Perlahan namun pasti Penisku membelah
Vaginanya yang ternyata begitu kencang menjepit Penisku. Vaginanya begitu licin hingga
agak memudahkan Penisku untuk menyusup lebih ke dalam. Silvi memeluk erat tubuhku sambil
membenamkan kuku-kukunya di punggungku hingga aku agak kesakitan.

Namun aku tak peduli. “Om, gede banget, ohh..” Silvi menjerit lirih. Tangannya turun
menangkap Penisku. “Pelan om”. Soalnya aku tahu pasti ukuran Penis Juna tidaklah sebesar
yang kumiliki. Akhirnya Penisku terbenam juga di dalam Vagina Silvi. Aku berhenti sejenak
untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding Vagina
Silvi.
Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai aku memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang
begitu sempurna. Kulumat bibir Silvi sambil perlahan-lahan menarik Penisku untuk
selanjutnya kubenamkan lagi. Aku menyuruh Silvi membuka kelopak matanya. Silvi menurut.
Aku sangat senang melihat matanya yang semakin sayu menikmati Penisku yang keluar masuk
dari dalam Vaginanya. “Aku suka Vaginamu, Sil.. Vaginamu masih rapet” ujarku sambil

Sungguh, Vagina Silvi enak sekali. “Kamu enak kan, Sil?” tanyaku lalu dijawab Silvi dengan
anggukan kecil. Aku menyuruh Silvi untuk menggoyangkan pinggulnya. Silvi langsung
mengimbangi gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya. “Suka
Penisku, Sil?” tanyaku lagi. Silvi hanya tersenyum. Penisku seperti diremas-remas ditambah
jepitan Vaginanya. “Ohh.. hh..” aku menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat. Aku mencoba
mengangkat dadaku, membuat jarak dengan dadanya dengan bertumpu pada kedua tanganku.
Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan Penisku ke dalam
Vagina Silvi.

Kuperhatikan Penisku yang keluar masuk dari dalam Vaginanya. Dengan posisi seperti ini aku
merasa begitu jantan. Silvi semakin melebarkan kedua pahanya sementara tangannya melingkar
erat di pinggangku. Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Silvi
yang semakin tidak terkendali. “Sil.. enak banget, kamu pintar deh.” ucapku keenakan.
“Silvi juga, om”, jawabnya. Silvi merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan.
Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata, “aduh” yang diucapkan terputus-putus.

Aku merasakan Vagina Silvi semakin berdenyut sebagai pertanda Silvi akan mencapai puncak
pendakiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengannya, namun aku mencoba bertahan
dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya
rangsangan yang kualami. Aku tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu
posisi saja. Aku mempercepat goyanganku ketika kusadari Silvi hampir nyampe. Kuremas
toketnya kuat seraya mulutku menghisap dan menggigit pentilnya.

Kuhisap dalam-dalam. “Ohh.. hh.. om..” jerit Silvi panjang. Aku membenamkan Penisku kuat-
kuat ke Vaginanya sampai mentok agar Silvi mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya
melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya kejang. Kepalaku ditarik kuat
terbenam diantara toketnya. Pada saat tubuhnya menyentak-nyentak aku tak sanggup untuk
bertahan lebih lama lagi. “Siiiilll, aakuu.. keluaarr, Ohh.. hh..” jeritku.

Silvi yang masih merasakan orgasmenya mengunci pinggangku dengan kakinya yang melingkar di
pinggangku. Saat itu juga aku memuntahkan peju hangat dari Penisku. Kurasakan tubuhku
bagai melayang. Secara spontan Silvi juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya. Mulutku yang
berada di belahan dada Silvi kuhisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitnya.

Telapak tanganku mencengkram toket Silvi. Kuraup semuanya sampai-sampai Silvi kesakitan.
Aku tak peduli lagi. Pejuku akhirnya muncrat membasahi Vaginanya. Aku merasakan nikmat
yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Silvi pada saat aku mengalami orgasme.
Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuh Silvi. Penisku masih berada di dalam
Vagina Silvi. Silvi mengusap-usap permukaan punggungku. “Silvi puas sekali dien tot om,”
katanya. Aku kemudian mencabut Penisku dari Vaginanya. Dari dalam Juna keluar sudah
berpakaian lengkap. “Pulang yuk An, sudah sore”, ajaknya.

Aku masuk kembali ke kamar. Nita ada di kamar mandi dan terdengar shower nyala. Aku bisa
mendengarnya karena pintu kamar mandi tidak ditutup. Tak lama kemudian, shower terdengar
berhenti dan Nita keluar hanya bercelSilvi pendek. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku
hanya membersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi, Nita berbaring diranjang telanjang
bulat. “Kenapa Nit, lemes ya dientot Juna”, kataku. “Lebih enak ngentot sama om, Penis om
lebih besar soalnya”, jawab Nita tersenyum. “Malem ini kita men lagi ya om”.

Hebat banget Nita, gak ada matinya. Pengennya dien tot terus. “Ok aja, tapi sekarang kita
cari makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti malem”, kataku sambil berpakaian.
Nita pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem. Kembali ke rumah sudah
hampir tengah malem, tadi kita selain makan santai2 di pub dulu.

Di kamar kita langsung melepas pakaian masing-masing dan bergumul diranjang. Tangan Nita
bergerak menggenggam Penisku. Aku melenguh seraya menyebut namanya. Aku meringis menahan
remasan lembut tangannya pada Penisku. Nita mulai bergerak turun naik menyusuri Penisku
yang sudah teramat keras. Sekali-sekali ujung telunjuknya mengusap kepala Penisku yang
sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya.
Kembali aku melenguh merasakan ngilu akibat usapannya. Kocokannya semakin cepat. Dengan
lembut aku mulai meremas-remas toketnya. Tangan Nita menggenggam Penisku dengan erat.
Pentilnya kupilin2. Nita masukan Penisku kedalam mulutnya dan mengulumnya. Aku terus
menggerayang toketnya, dan mulai menciumi toketnya. Napsuku semakin berkobar.

Jilatan dan kuluman Nita pada Penisku semakin menggSilvis sampai-sampai aku terengah-engah
merasakan kelihaian permainan mulutnya. Aku membalikkan tubuhnya hingga berlawSilvin
dengan posisi tubuhku. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku.
Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahku menyentuh Vaginanya dengan lembut.
Tubuhnya langsung bereaksi dan tanpa sadar Nita menjerit lirih.

Tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidahku di Vaginanya. Kedua pahanya
mengempit kepalaku seolah ingin membenamkan wajahku ke dalam Vaginanya. Penisku kemudian
dikempit dengan toketnya dan digerakkan maju mundur, sebentar. Aku menciumi bibir
Vaginanya, mencoba membukanya dengan lidahku. Tanganku mengelus paha bagian dalam. Nita
mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakinya yang tadinya merapat. Aku menempatkan diri
di antara kedua kakinya yang terbuka lebar. Penis kutempelkan pada bibir Vaginanya.
Kugesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Nita merasa ngilu bercampur
geli dan nikmat. Vaginanya yang sudah banjir membuat gesekanku semakin lancar karena

Nita terengah-engah merasakannya. Aku sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala Penisku
menggesek-gesek i tilnya yang juga sudah menegang. “Om.?” panggilnya menghiba. “Apa Nit”,
jawabku sambil tersenyum melihatnya tersiksa. “Cepetan..” jawabnya. Aku sengaja mengulur-
ulur dengan hanya menggesek-gesekan Penis. Sementara Nita benar-benar sudah tak tahan lagi
mengekang birahinya. “Nita sudah pengen dien tot om”, katanya.

Nita melenguh merasakan desakan Penisku yang besar itu. Nita menunggu cukup lama gerakan
Penisku memasuki dirinya. Serasa tak sampai-sampai. Maklum aja, selain besar, Penisku juga
panjang. Nita sampai menahan nafas saat Penisku terasa mentok di dalam, seluruh Penisku
amblas di dalam. Aku mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan
mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam Vaginanya membuat Penisku keluar
masuk dengan lancarnya. Nita mengimbangi dengan gerakan pinggulnya.

Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama enjotanku. Gerakan kami semakin lama semakin
meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting
enjotanku mencapai bagian-bagian peka di Vaginanya. Nita bagaikan berada di surga
merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Penisku menjejali penuh seluruh Vaginanya, tak
ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan Penisku sangat terasa di seluruh dinding
Vaginanya. Nita merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini.

Nita mengakui keperkasaan dan kelihaianku di atas ranjang. Yang pasti Nita merasakan
kepuasan tak terhingga ngen tot denganku. Aku bergerak semakin cepat. Penisku bertubi-tubi
menusuk daerah-daerah sensitivenya. Nita meregang tak kuasa menahan napsuku, sementara aku
dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulku naik turun, ke kiri dan ke kanan. Erangannya
semakin keras. Melihat reaksinya, aku mempercepat gerakanku. Penisku yang besar dan
panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat.

Aku pun demikian. Nita meraih tubuhku untuk didekap. Direngkuhnya seluruh tubuhku sehingga
aku menindih tubuhnya dengan erat. Nita membenamkan wajahnya di samping bahuku. Pinggul
nya diangkat tinggi-tinggi sementara kedua tangannya menggapai pantatku dan menekannya
kuat-kuat. Nita meregang. Tubuhnya mengejang-ngejang. “om..”, hanya itu yang bisa keluar
dari mulutnya saking dahsyatnya kenikmatan yang dialaminya nersamaku. Aku menciumi wajah
dan bibirnya. Nita mendorong tubuhku hingga terlentang. Dia langsung menindihku dan
menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhku. Kembali diemutnya Penisku yang masih tegak itu.
Lidahnya menjilati, mulutnya mengemut. Tangannya mengocok-ngocok Penisku. Belum sempat aku
mengucapkan sesuatu, Nita langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan
masing-masing berada di samping kiri dan kSilvin tubuhku. Vaginanya berada persis di atas
Penisku. “Akh!” pekiknya tertahan ketika Penisku dibimbingnya memasuki Vaginanya.

Tubuhnya turun perlahan-lahan, menelan seluruh Penisku. Selanjutnya Nita bergerak seperti
sedang menunggang kuda. Tubuhnya melonjak-lonjak. Pinggulnya bergerak turun naik.
“Ouugghh.. Nit.., luar biasa!” jeritku merasakan hebatnya permainannya. Pinggulnya
mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tanganku mencengkeram kedua toketnya,
kuremas dan dipilin-pilin. Aku lalu bangkit setengah duduk. Wajah kubenamkan ke dadanya.

Menciumi pentilnya. Kuhisap kuat-kuat sambil kuremas-remas. Kami berdua saling berlomba
memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC.
Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Nita berkutat
mengaduk-aduk pinggulnya. Aku menggoyangkan pantatku. Tusukan Penisku semakin cepat
seiring dengan liukan pinggulnya yang tak kalah cepatnya.

Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya,
selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang
bertambah liar dan tak terkendali. AKu merasa pejuku udah mau nyembur. Aku semakin
bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, Nita pun
merasakan desakan yang sama. Nita terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku mulai
mengejang, mengerang panjang.

Tubuhnya menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejuhku nyemprot begitu kuat dan banyak
membanjiri Vaginanya. Nita pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam dirinya.
Sambil mendesakan pinggulnya kuat-kuat, Nita berteriak panjang saat mencapai puncak
kenikmatan berbarengan denganku. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan
erat. “om, nikmaat!” jeritnya tak tertahankan. Nita lemes, demikian pula aku. Tenaga
terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam! akhirnya
kami tertidur kelelahan.-


Klik Juga - Kumpulan Foto Seksi

Agen Judi Online Terpercaya

Nindy

CERITA SEX - Aku baru kerja 4 bulan di perusahaan asing di Jakarta bos saya namanya M Richard yang berasala dari
USA umurnya 45 tahun dengan waktu yang cepat kami semua karyawan sudah kenal dekat dengan Mr. Rich
biasanya dipanggil seperti itu.



Agen Judi Online Terpercaya  

Hobi kita sama yaitu bermain golf perusahaan kami bergerak di bidang advertising katanya teman
sekantor istri dari sibos cantik tubuhnya seksi kayak bintang Hollywood, karena aku belum pernah
melihat istri si Bos, hanya meilhat fotonya yang terpampang di ruangannya.

Meja kantor saya memang aku desain dengan nyaman dan aku selipakn foto aku dan istriku Nindy yang
berasal dari Bandung dan berumur 26 tahun, di meja kerja saya. Pada waktu Richard melihat foto itu,
secara spontan dia memuji kecantikan Nindy dan sejak saat itu pula saya mengamati kalau Richard sering
melirik ke foto itu, apabila kebetulan dia datang ke ruang kerja saya.

Suatu hari Richard mengundang saya untuk makan malam di rumahnya, katanya untuk membahas suatu proyek,
sekaligus untuk lebih mengenal istri masing-masing.

“Dik, nanti malam datang ke rumah ya, ajak istrimu Nindy juga, sekalian makan malam”.

“Lho, ada acara apa boss?”, kataku sok akrab.

“Ada proyek yg harus diomongin, sekalian biar istri saling kenal gitu”.

“Okelah!”, kataku.

Sesampainya di rumah, undangan itu aku sampaikan ke Nindy. Pada mulanya Nindy agak segan juga untuk
pergi, karena menurutnya nanti agak susah untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan mereka. Akan
tetapi setelah kuyakinkan bahwa Richard dan Istrinya sangat lancar berbahasa Indonesia, akhirnya Nindy
mau juga pergi.

“Ada apa sih Mas, kok mereka ngadain dinner segala?”.

“Tau, katanya sih, ada proyek apa.., yang mau didiskusikan”.

“Ooo.., gitu ya”, sambil tersenyum. Melihat dia tersenyum aku segera mencubit pipinya dengan gemas.
Kalau melihat Nindy, selalu gairahku timbul, soalnya dia itu seksi sekali. Rambutnya terurai panjang,
dia selalu senam so.., punya tubuh ideal, dan ukurannya itu 34B yang padat kencang.

Pukul 19.30 kami sudah berada di apartemen Richard yang terletak di daerah Jl. Gatot Subroto. Aku
mengenakan kemeja batik, sementara Nindy memakai stelan rok dan kemeja sutera. Rambutnya dibiarkan
tergerai tanpa hiasan apapun.

Sesampai di Apertemen no.1009, aku segera menekan bel yang berada di depan pintu. Begitu pintu
terbuka, terlihat seorang wanita bule berumur kira-kiar 32 tahun, yang sangat cantik, dengan tinggi
sedang dan berbadan langsing, yang dengan suara medok menegur kami.

“Oh Diko dan Nindy yah?, silakan.., masuk.., silakan duduk ya!, saya Lillian istrinya Richard”.

Ternyata Lillian badannya sangat bagus, tinggi langsing, rambut panjang, dan lebih manis
dibandingkan dengan fotonya di ruang kerja Richard. Dengan agak tergagap, aku menyapanya.
“Hallo Mam.., kenalin, ini Nindy istriku”.

Setelah Nindy berkenalan dengan Lillian, ia diajak untuk masuk ke dapur untuk menyiapkan makan malam,
sementara Richard mengajakku ke teras balkon apartemennya.

“Gini lho Dik.., bulan depan akan ada proyek untuk mengerjakan iklan.., ini.., ini.., dsb. Berani
nggak kamu ngerjakan iklan itu”.

“Kenapa nggak, rasanya perlengkapan kita cukup lengkap, tim kerja di kantor semua tenaga terlatih,
ngeliat waktunya juga cukup. Berani!”.

Kunjungi Juga CeritaSexDewasa.Org

Aku excited sekali, baru kali itu diserahi tugas untuk mengkordinir pembuatan iklan skala besar.
Senyum Richard segera mengembang, kemudian ia berdiri merapat ke sebelahku.

“Eh Dik.., gimana Lillian menurut penilaian kamu?”, sambil bisik-bisik.

“Ya.., amat cantik, seperti bintang film”, kataku dengan polos.

“Seksi nggak?”.

“Lha.., ya.., jelas dong”.

“Umpama.., ini umpama saja loo.., kalo nanti aku pinjem istrimu dan aku pinjemin Lillian untuk kamu
gimana?”.

Mendenger permintaan seperti itu terus terang aku sangat kaget dan bingung, perasanku sangat shock dan
tergoncang. Rasanya kok aneh sekali gitu.

Sambil masih tersenyum-senyum, Richard melanjutkan, “Nggak ada paksaan kok, aku jamin Nindy dan
Lillian pasti suka, soalnya nanti.., udah deh pokoknya kalau kau setuju.., selanjutnya serahkan pada
saya.., aman kok!”.

Membayangkan tampang dan badan Lillian aku menjadi terangsang juga. Pikirku kapan lagi aku bisa
menunggangi kuda putih? Paling-paling selama ini hanya bisa membayangkan saja pada saat menonton blue
film.

Tapi dilain pihak kalau membayangkan Nindy dikerjain si bule ini, yang pasti punya senjata yang besar,
rasanya kok tidak tega juga. Tapi sebelum saya bisa menentukan sikap, Richard telah melanjutkan dengan
pertanyaan lagi, “Ngomong-ngomong Nindy sukanya kalo making love style-nya gimana sih?”.

Tanpa aku sempat berpikir lagi, mulutku sudah ngomong duluan, “Dia tidak suka style yang aneh-aneh,
maklum saja gadis pingitan dan pemalu, tapi kalau vaginanya dijilatin, maka dia akan sangat
terangsang!”.

“Wow.., aku justru pengin sekali mencium dan menjilati bagian vagina, ada bau khas wanita terpancar
dari situ.., itu membuat saya sangat terangsang!”, kata Richard.

“Kalau Lillian sangat suka main di atas, doggy style dan yang jelas suka blow-job” lanjutnya.
Mendengar itu aku menjadi bernafsu juga, belum-belum sudah terasa ngilu di bagian bawahku membayangkan
senjataku diisap mulut mungil Lillian itu.

Kemudian lanjut Richard meyakinkanku, “Oke deh.., enjoy aja nanti, biar aku yang atur. Ngomong-ngomong
my wife udah tau rencana ini kok, dia itu orangnya selalu terbuka dalam soal seks.., jadi setuju aja”.

“Nanti minuman Nindy aku kasih bubuk penghangat sedikit, biar dia agak lebih berani.., Oke.., yaa!”,
saya agak terkejut juga, apakah Richard akan memberikan obat perangsang dan memperkosa Rina? Wah kalau
begitu tidak rela aku.

Aku setuju asal Rina mendapat kepuasan juga. Melihat mimik mukaku yang ragu-ragu itu, Richard cepat-
cepat menambahkan,

“Bukan obat bius atau ineks kok. Cuma pembangkit gairah aja”, kemudian dia menjelaskan selanjutnya,
“Oke, nanti kamu duduk di sebelah Lillian ya, Nindy di sampingku”.

Selanjutnya acara makan malam berjalan lancar. Juga rencana Richard. Setelah makan malam selesai
kelihatannya bubuk itu mulai bereaksi. Rina kelihatan agak gelisah, pada dahinya timbul keringat
halus, duduknya kelihatan tidak tenang, soalnya kalau nafsunya lagi besar, dia agak gelisah dan
keringatnya lebih banyak keluar.Cerita Sex Terbaru

Melihat tanda-tanda itu, Richard mengedipkan matanya pada saya dan berkata pada Nindy, “Nin.., mari
duduk di depan TV saja, lebih dingin di sana!”, dan tampa menunggu jawaban Nindy, Richard segera
berdiri, menarik kursi Nindy dan menggandengnya ke depan TV 29 inchi yang terletak di ruang tengah.
Aku ingin mengikuti mereka tapi Lillian segera memegang tanganku.

“Dik, diliat aja dulu dari sini, ntar kita juga akan bergabung dengan mereka kok”. Memang dari ruang
makan kami dapat dengan jelas menyaksikan tangan Richard mulai bergerilya di pundak dan punggung
Nindy, memijit-mijit dan mengusap-usap halus.

Sementara Nindy kelihatan makin gelisah saja, badannya terlihat sedikit menggeliat dan dari mulutnya
terdengar desahan setiap kali tangan Richard yang berdiri di belakangnya menyentuh dan memijit
pundaknya.

Lillian kemudian menarikku ke kursi panjang yang terletak di ruang makan. Dari kursi panjang tersebut,
dapat terlihat langsung seluruh aktivitas yang terjadi di ruang tengah, kami kemudian duduk di kursi
panjang tersebut.

Terlihat tindakan Richard semakin berani, dari belakang tangannya dengan trampil mulai melepaskan
kancing kemeja batik Nindy hingga kancing terakhir. BH Nindy segera menyembul, menyembunyikan dua
bukit mungil kebanggaanku dibalik balutannya.

Kelihatan mata Nindy terpejam, badannya terlihat lunglai lemas, aku menduga-duga,

“Apakah Nindy telah diberi obat tidur, atau obat perangsang oleh Richard?, atau apakah Nindy pingsan
atau sedang terbuai menikmati permainan tangan Richard?”.

Nindy tampaknya pasrah seakan-akan tidak menyadari keadaan sekitarnya. Timbul juga perasaan cemburu
berbarengan dengan gairah menerpaku, melihat Nindy seakan-akan menyambut setiap belaian dan usapan
Richard dikulitnya dan ciuman nafsu Richardpun disambutnya dengan gairah.

Melihat apa yang tengah diperbuat oleh si bule terhadap istriku, maka karena merasa kepalang tanggung,
aku juga tidak mau rugi, segera kualihkan perhatianku pada istri Richard yang sedang duduk di
sampingku.

Niat untuk merasakan kuda putih segera akan terwujud dan tanganku pun segera menyelusup ke dalam rok
Lillian, terasa bukit kemaluannya sudah basah, mungkin juga telah muncul gairahnya melihat suaminya
sedang mengerjai wanita mungil.

Dengan perlahan jemariku mulai membuka pintu masuk ke lorong kewanitaannya, dengan lembut jari
tengahku menekan clitorisnya. Desahan lembut keluar dari mulut Lillian yang mungil itu, “aahh..,
aaghh.., aagghh”, tubuhnya mengejang, sementara tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.

Sementara itu di ruang sebelah, Richard telah meningkatkan aksinya terhadap Nindy, terlihat Nindy
telah dibuat polos oleh Richard dan terbaring lunglai di sofa.

Badan Nindy yang ramping mulus dengan buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi padat berisi, perutnya
yang rata dan kedua bongkahan pantatnya yang terlihat mulus menggairahkan serta gundukan kecil yang
membukit yang ditutupi oleh rambut-rambut halus yang terletak diantara kedua paha atasnya terbuka
dengan jelas seakan-akan siap menerima serangan-serangan selanjutnya dari Richard.

Kemudian Richard menarik Nindy berdiri, dengan Richard tetap di belakangnya, kedua tangan Richard
menjelajahi seluruh lekuk dan ngarai istriku itu. Aku sempat melihat ekspresi wajah Nindy, yang dengan
matanya yang setengah terpejam dan dahinya agak berkerut seakan-akan sedang menahan suatu kenyerian
yang melanda seluruh tubuhnya dengan mulutnya yang mungil setengah terbuka.

Menunjukan Nindy menikmati benar permainan dari Richard terhadap badannya itu, apalagi ketika jemari
Richard berada di semak-semak kewanitaannya, sementara tangan lain Richard meremas-remas puting
susunya, terlihat seluruh badan Nindy yang bersandar lemas pada badan Richard, bergetar dengan hebat.

Saat itu juga tangan Lillian telah membuka zipper celana panjangku, dan bagaikan orang kelaparan terus
berusaha melepas celanaku tersebut. Untuk memudahkan aksinya aku berdiri di hadapannya, dengan
melepaskan bajuku sendiri.

Setelah Lillian selesai dengan celanaku, gilirannya dia kutelanjangi. Wow.., kulit badannya mulus
seputih susu, payudaranya padat dan kencang, dengan putingnya yang berwarna coklat muda telah
mengeras, yang terlihat telah mencuat ke depan dengan kencang.

Aku menyadari, kalau diadu besarnya senjataku dengan Richard, tentu aku kalah jauh dan kalau aku
langsung main tusuk saja, tentu Lillian tidak akan merasa puas, jadi cara permainanku harus memakai
teknik yang lain dari lain.

Maka sebagai permulaan kutelusuri dadanya, turun ke perutnya yang rata hingga tiba di lembah diantara
kedua pahanya mulus dan mulai menjilat-jilat bibir kemaluannya dengan lidahku.

Kududukkan Lillian kembali di sofa, dengan kedua kakinya berada di pundakku. Sasaranku adalah
vaginanya yang telah basah. Lidahku segera menari-nari di permukaan dan di dalam lubang vaginanya.

Menjilati clitorisnya dan mempermainkannya sesekali. Kontan saja Lillian berteriak-teriak keenakan
dengan suara keras,

” Ooohh.., oohh.., sshh.., sshh”. Sementara tangannya menekan mukaku ke vaginanya dan tubuhnya
menggeliat-geliat. Tanganku terus melakukan gerakan meremas-remas di sekitar payudaranya. Pada saat
bersamaan suara Nindy terdengar di telingaku saat ia mendesah-desah,

“Oooh.., aagghh!”, diikuti dengan suara seperti orang berdecak-decak. Tak tahu apa yang diperbuat
Richard pada istriku, sehingga dia bisa berdesah seperti itu. Nindy sekarang telah telentang di atas
sofa, dengan kedua kakinya terjulur ke lantai dan Richard sedang berjongkok diantara kedua paha Nindy
yang sudah terpentang dengan lebar.

Kepalanya terbenam diantara kedua paha Nindy yang mulus. Bisa kubayangkan mulut dan lidah Richard
sedang mengaduk-aduk kemaluan Nindy yang mungil itu. Terlihat badan Nindy menggeliat-geliat dan kedua
tangannya mencengkeram rambut Richard dengan kuat. ‘’

Aku sendiri makin sibuk menjilati vagina Lillian yang badannya terus menggerinjal-gerinjal keenakan
dan dari mulutnya terdengar erangan,

“Ahh.., yaa.., yaa.., jilatin.., Ummhh”. Desahan-desahan nafsu yang semakin menegangkan otot-otot
penisku.

“Aahh.., Dik.., akuu.., aakkuu.., oohh.., hh!”, dengan sekali hentakan keras pinggul Lillian menekan
ke mukaku, kedua pahanya menjepit kepalaku dengan kuat dan tubuhnya menegang terguncang-guncang dengan
hebat dan diikuti dengan cairan hangat yang merembes di dinding vaginanya pun semakin deras, saat ia
mencapai organsme.Cerita Sex Terbaru

Tubuhnya yang telah basah oleh keringat tergolek lemas penuh kepuasan di sofa. Tangannya mengusap-usap
lembut dadaku yang juga penuh keringat, dengan tatapan yang sayu mengundangku untuk bertindak lebih
jauh.

Ketika aku menengok ke arah Richard dan istriku, rupanya mereka telah berganti posisi. Nindy kini
telentang di sofa dengan kedua kakinya terlihat menjulur di lantai dan pantatnya terletak pada tepi
sofa, punggung Nindy bersandar pada sandaran sofa.

Sehingga dia bisa melihat dengan jelas bagian bawah tubuhnya yang sedang menjadi sasaran tembak
Richard. Richard mengambil posisi berjongkok di lantai diantara kedua paha Nindy yang telah terpentang
lebar.

Aku merasa sangat terkejut juga melihat senjata Richard yang terletak diantara kedua pahanya yang
berbulu pirang itu, penisnya terlihat sangat besar kurang lebih panjangnya 20 cm dengan lingkaran yang
kurang lebih 6 cm dan pada bagian kepala penisnya membulat besar bagaikan topi baja tentara saja.

Terlihat Richard memegang penis raksasanya itu, serta di usap-usapkannya di belahan bibir kemaluan
Nindy yang sudah sedikit terbuka, terlihat Nindy dengan mata yang terbelalak melihat ke arah senjata
Richard yang dahsyat itu, sedang menempel pada bibir vaginanya.

Kedua tangan Nindy kelihatan mencoba menahan badan Richard dan badan Nindy terlihat agak melengkung,
pantatnya dicoba ditarik ke atas untuk mengurangi tekanan penis raksasa Richard pada bibir vaginanya.

Akan tetapi dengan tangan kanannya tetap menahan pantat Nindy dan tangan kirinya tetap menuntun
penisnya agar tetap berada pada bibir kemaluan Nindy, sambil mencium telinga kiri Nindy, terdengar
Richard berkata perlahan,

“Niinn.., maaf yaa.., saya mau masukkan sekarang.., boleh?”, terlihat kepala Nini hanya menggeleng-
geleng kekiri kekanan saja, entah apa yang mau dikatakannya, dengan pandangannya yang sayu menatap ke
arah kemaluannya yang sedang didesak oleh penis raksasa Richard itu dan mulutnya terkatup rapat
seakan-akan menahan kengiluan.

Richard, tanpa menunggu lebih lama lagi, segera menekan penisnya ke dalam lubang vagina Nindy yang
telah basah itu, biarpun kedua tangan Nindy tetap mencoba menahan tekanan badan Richard.

Mungkin, entah karena tusukan penis Richard yang terlalu cepat atau karena ukuran penisnya yang over
size, langsung saja Nindy berteriak kecil,

“Aduuh.., pelan-pelan.., sakit nih”, terdengar keluhan dari mulutnya dengan wajah yang agak meringis,
mungkin menahan rasa kesakitan. Kedua kaki Nindy yang mengangkang itu terlihat menggelinjang.

Kepala penis Richard yang besar itu telah terbenam sebagian di dalam kemaluan Nindy, kedua bibir
kemaluannya menjepit dengan erat kepala penis Richard, sehingga belahan kemaluan Nindy terlihat
terkuak membungkus dengan ketat kepala penis Richard itu.

Kedua bibir kemaluan Nindy tertekan masuk begitu juga clitoris Nindy turut tertarik ke dalam akibat
besarnya kemaluan Richard.

Richard menghentikan tekanan penisnya, sambil mulutnya mengguman, “Maaf.., Nin.., saya sudah
menyakitimu.., maaf yaa.., Niin!”.

“aagghh.., jangan teerrlalu diipaksakan.., yaahh.., saayaa meerasa.., aakan.., terbelah.., niih..,
sakiitt.., jangan.., diiterusiinn”.

Nindy mencoba menjawab dengan badannya terus menggeliat-geliat, sambil merangkulkan kedua tangannya di
pungung Richard.

“Niinn.., saya mau masukkan lagi.., yaa.., dan tolong katakan yaa.., kalau Nindy masih merasa sakit”,
sahut Richard dan tanpa menunggu jawaban Nindy, segera saja Richard melanjutkan penyelaman penisnya ke
dalam lubang vagina Nindy yang tertunda itu, tetapi sekarang dilakukannya dengan lebih pelan pelan.

Ketika kepala penisnya telah terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluan Nindy, terlihat muka Nindy
meringis, tetapi sekarang tidak terdengar keluhan dari mulutnya lagi hanya kedua bibirnya terkatup
erat dengan bibir bawahnya terlihat menggetar.

Terdengar Richard bertanya lagi, “Niinn.., sakit.., yaa?”, Nindy hanya menggeleng-gelengkan kepalanya,
sambil kedua tangannya meremas bahu Richard dan Richard segera kembali menekan penisnya lebih dalam,
masuk ke dalam lubang kemaluan Nindy.

Secara pelahan-lahan tapi pasti, penis raksasa itu menguak dan menerobos masuk ke dalam sarangnya.
Ketika penis Richard telah terbenam hampir setengah di dalam lubang vagina Nindy, terlihat Nindy telah
pasrah saja dan sekarang kedua tangannya tidak lagi menolak badan Richard.

Akan tetapi sekarang kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada tepi sofa. Richard menekan lebih
dalam lagi, kembali terlihat wajah Nindy meringis menahan sakit dan nikmat, kedua pahanya terlihat
menggeletar,

Tetapi karena Nindy tidak mengeluh maka Richard meneruskan saja tusukan penisnya dan tiba-tiba saja,
“Blees”, Richard menekan seluruh berat badannya dan pantatnya menghentak dengan kuat ke depan
memepetin pinggul Nindy rapat-rapat pada sofa.

Pada saat yang bersamaan terdengar keluhan panjang dari mulut Nindy, “Aduuh”, sambil kedua tangannya
mencengkeram tepi sofa dengan kuat dan badannya melengkung ke depan serta kedua kakinya terangkat ke
atas menahan tekanan penis Richard di dalam kemaluannya.

Richard mendiamkan penisnya terbenam di dalam lubang vagina Nindy sejenak, agar tidak menambah sakit
Nindy sambil bertanya lagi,

“Niinn.., sakit.., yaa? Tahan dikit yaa, sebentar lagi akan terasa nikmat!”, Nindy dengan mata
terpejam hanya menggelengkan kepalanya sedikit seraya mendesah panjang,

“aagghh.., kit!”, lalu Richard mencium wajah Nindy dan melumat bibirnya dengan ganas. Terlihat pantat
Richard bergerak dengan cepat naik turun, sambil badannya mendekap tubuh mungil Nindy dalam
pelukannya.

Tak selang lama kemudian terlihat badan Nindy bergetar dengan hebat dari mulutnya terdengar keluhan
panjang,

“Aaduuh.., oohh.., sshh.., sshh”, kedua kaki Nindy bergetar dengan hebat, melingkar dengan ketat pada
pantat Richard, Nindy mengalami orgasme yang hebat dan berkepanjangan. Selang sesaat badan Nindy
terkulai lemas dengan kedua kakinya tetap melingkar pada pantat Richard yang masih tetap berayun-ayun
itu.

aah, suatu pemandangan yang sangat erotis sekali, suatu pertarungan yang diam-diam yang diikuti oleh
penaklukan disatu pihak dan penyerahan total dilain pihak.

“Dik.., ayo aku mau kamu”, suara Lillian penuh gairah di telingaku. Kuletakkan kaki Lillian sama
dengan posisi tadi, hanya saja kini senjataku yang akan masuk ke vaginanya. Duh, rasanya kemaluan
Lillian masih rapet saja, aku merasakan adanya jepitan dari dinding vagina Lillian pada saat rudalku
hendak menerobos masuk.

“Lill.., kok masih rapet yahh”. Maka dengan sedikit tenaga kuserudukkan saja rudalku itu menerobos
liang vaginanya. “Aagghh”, mata Lillian terpejam, sementara bibirnya digigit.

Tapi ekspresi yang terpancar adalah ekspresi kepuasan. Aku mulai mendorong-dorongkan penisku dengan
gerakan keluar masuk di liang vaginanya. Diiringi erangan dan desahan Lillian setiap aku menyodokkan
penisku, melihat itu aku semakin bersemangat dan makin kupercepat gerakan itu. Bisa kurasakan bahwa
liang kemaluannya semakin licin oleh pelumas vaginanya.

“Ahh.., ahh”, Lillian makin keras teriakannya.

“Ayo Dik.., terus”.

“Enakk.., eemm.., mm!”.

Tubuhnya sekali lagi mengejang, diiringi leguhan panjang, “Uuhh..hh..” “Lill.., boleh di dalam..,
yaah”, aku perlu bertanya pada dia, mengingat aku bisa saja sewaktu-waktu keluar.

“mm..”.

Kaki Lillian kemudian menjepit pinggangku dengan erat, sementara aku semakin mempercepat gerakan
sodokan penisku di dalam lubang kemaluannya. Lillian juga menikmati remasan tanganku di buah dadanya.

“Nih.., Lill.., terima yaa”.

Dengan satu sodokan keras, aku dorong pinggulku kuat-kuat, sambil kedua tanganku memeluk badan Lillian
dengan erat dan penisku terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluannya dan saat bersamaan cairan
maniku menyembur keluar dengan deras di dalam lubang vagina Lillian.

Badanku tehentak-hentak merasakan kenikmatan orgasme di atas badan Lillian, sementara cairan hangat
maniku masih terus memenuhi rongga vagina Lillian, tiba-tiba badan Lillian bergetar dengan hebat dan
kedua pahanya menjepit dengan kuat pinggul saya diikuti keluhan panjang keluar dari mulutnya,
“..aagghh.., hhm!”, saat bersamaan Lillian juga mengalami orgasme dengan dahsyat.

Setelah melewati suatu fase kenikmatan yang hebat, kami berdua terkulai lemas dengan masih berpelukan
erat satu sama lain. Dari pancaran sinar mata kami, terlihat suatu perasaan nikmat dan puas akan apa
yang baru kami alami.


Aku kemudian mencabut senjataku yang masih berlepotan dan mendekatkannya ke muka Lillian. Dengan
isyarat agar ia menjilati senjataku hingga bersih. Ia pun menurut. Lidahnya yang hangat menjilati
penisku hingga bersih. “Ahh..”. Dengan kepuasan yang tiada taranya aku merebahkan diri di samping
Lillian.

Kini kami menyaksikan bagaimana Richard sedang mempermainkan Nindy, yang terlihat tubuh mungilnya
telah lemas tak berdaya dikerjain Richard, yang terlihat masih tetap perkasa saja. Gerakan Richard
terlihat mulai sangat kasar, hilang sudah lemah lembut yang pernah dia perlihatkan.

Mulai saat ini Richard mengerjai Nindy dengan sangat brutal dan kasar. Nindy benar-benar dipergunakan
sebagai objek seks-nya. Saya sangat takut kalau-kalau Richard menyakiti Nindy, tetapi dilihat dari
ekspressi muka dan gerakan Nindy ternyata tidak terlihat tanda-tanda penolakan dari pihak Nindy atas
apa yang dilakukan oleh Richard terhadapnya.

Richard mencabut penisnya, kemudian dia duduk di sofa dan menarik Nindy berjongkok diantara kedua
kakinya, kepala Nindy ditariknya ke arah perutnya dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Nindy sambil
memegang belakang kepala Nindy.

Dia membantu kepala Nindy bergerak ke depan ke belakang, sehingga penisnya terkocok di dalam mulut
Nindy. Kelihatan Nindy telah lemas dan pasrah, sehingga hanya bisa menuruti apa yang diingini oleh
Richard, hal ini dilakukan Richard kurang lebih 5 menit lamanya.

Richard kemudian berdiri dan mengangkat Nindy, sambil berdiri Richard memeluk badan Nindy erat-erat.
Kelihatan tubuh Nindy terkulai lemas dalam pelukan Richard yang ketat itu. Tubuh Nindy digendong
sambil kedua kaki Nindy melingkar pada perut Richard dan langsung Richard memasukkan penisnya ke dalam
kemaluan Nindy.

Ini dilakukannya sambil berdiri. Badan Nindy terlihat tersentak ke atas ketika penis raksasa Richard
menerobos masuk ke dalam lubang kemaluannya dari mulutnya terdengar keluhan, “aagghh!”, Nindy terlihat
seperti anak kecil dalam gendongan Richard.

Kaki Nindy terlihat merangkul pinggang Richard, sedangkan berat badannya disanggah oleh penis Richard.
Richard berusaha memompa sambil berdiri dan sekaligus mencium Nindy. Pantat Nindy terlihat merekah dan
tiba-tiba Richard memasukkan jarinya ke lubang pantat Nindy.

“Ooohh!”. Mendapat serangan yang demikian serunya dari Richard, badan Nindy terlihat menggeliat-geliat
dalam gendongan Richard. Suatu pemandangan yang sangat seksi.

Ketika Richard merasa capai, Nindy diturunkan dan Richard duduk pada sofa. Nindy diangkat dan
didudukan pada pangkuannya dengan kedua kaki Nindy terkangkang di samping paha Richard dan Richard
memasukkan penisnya ke dalam lubang kemaluan Nindy dari bawah.

Dari ruang sebelah saya bisa melihat penis raksasa Richard memaksa masuk ke dalam lubang kemaluan
Nindy yang kecil dan ketat itu. Vaginanya menjadi sangat lebar dan penis Richard menyentuh paha Nindy.

Kedua tangan Richard memegang pinggang Nindy dan membantu Nindy memompa penis Richard secara teratur,
setiap kali penis Richard masuk, terlihat vaginanya ikut masuk ke dalam dan cairan putih terbentuk di
pinggir bibir vaginanya. Ketika penisnya keluar, terlihat vaginanya mengembang dan menjepit penis
Richard. Mereka melakukan posisi ini cukup lama.

Kemudian Richard mendorong Nindy tertelungkup pada sofa dengan pantat Nindy agak menungging ke atas
dan kedua lututnya bertumpu di lantai. Richard akan bermain doggy style. Ini sebenarnya adalah posisi
yang paling disukai oleh Nindy.

Dari belakang pantat Nindy, Richard menempatkan penisnya diantara belahan pantat Nindy dan mendorong
penisnya masuk ke dalam lubang vagina Nindy dari belakang dengan sangat keras dan dalam, semua
penisnya amblas ke dalam vagina Nindy.

Jari jempol tangan kiri Richard dimasukkan ke dalam lubang pantat. Nindy setengah berteriak,
“aagghh!”, badannya meliuk-liuk mendapat serangan Richard yang dahsyat itu. Badan Nindy dicoba ditarik
ke depan, tapi Richard tidak mau melepaskan, penisnya tetap bersarang dalam lubang kemaluan Nindy dan
mengikuti arah badan Nindy bergerak.

Nindy benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan
sudah berubah menjadi teriakan, “Ooohhmm.., aaduhh!”. Richard mencapai payudara Nindy dan mulai
meremas-remasnya.

Tak lama kemudian badan Nindy bergetar lagi, kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada sofa, dari
mulutnya terdengar,

“Aahh.., aahh.., sshh.., sshh!”. Nindy mencapai orgasme lagi, saat bersamaan Richard mendorong habis
pantatnya sehingga pinggulnya menempel ketat pada bongkahan pantat Nindy, penisnya terbenam seluruhnya
ke dalam kemaluan Nindy dari belakang.

Sementara badan Nindy bergetar-getar dalam orgasmenya, Richard sambil tetap menekan rapat-rapat
penisnya ke dalam lubang kemaluan Nindy, pinggulnya membuat gerakan-gerakan memutar sehingga penisnya
yang berada di dalam lubang vagina Nindy ikut berputar-putar mengebor liang vagina Nindy sampai ke
sudut-sudutnya.

Setelah badan Nindy agak tenang, Richard mencabut penisnya dan menjilat vagina Nindy dari belakang.
Vagina Nindy dibersihkan oleh lidah Richard. Kemudian badan Nindy dibalikkannya dan direbahkan di
sofa. Richard memasukkan penisnya dari atas, sekarang tangan Nindy ikut aktif membantu memasukkan
penis Richard ke vaginanya.

Kaki Nindy diangkat dan dilingkarkan ke pinggang Richard. Richard terus menerus memompa vagina Nindy.
Badan Nindy yang langsing tenggelam ditutupi oleh badan Richard, yang terlihat oleh saya hanya pantat
dan lubang vagina yang sudah diisi oleh penis Richard.

Kadang-kadang terlihat tangan Nindy meraba dan meremas pantat Richard, sekali-kali jarinya di masukkan
ke dalam lubang pantat Richard.

Gerakan pantat Richard bertambah cepat dan ganas memompa dan terlihat penisnya yang besar itu dengan
cepat keluar masuk di dalam lubang vagina Nindy, tiba-tiba,

“Ooohh.., oohh!”, dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak,
Richard menekan habis pantatnya dalam-dalam, mememetin pinggul Nindy ke sofa, sehingga penisnya
terbenam habis ke dalam lubang kemaluan Nindy.

Pantat Richard terkedut-kedut sementara penisnya menyemprotkan spermanya di dalam vagina Nindy, sambil
kedua tangannya mendekap badan Nindy erat-erat. Dari mulut Nindy terdengar suara keluhan, “Sssh..,
sshh.., hhmm.., hhmm!”, menyambut semprotan cairan panas di dalam liang vaginanya.

Setelah berpelukan dengan erat selama 5 menit, Richard kemudian merebahkan diri di atas badan Nindy
yang tergeletak di sofa, tanpa melepaskan penisnya dari vagina Nindy. Nindy melihat ke saya dan
memberikan tanda bahwa yang satu ini sangat nikmat.

Aku tidak bisa melihat ekspresi Richard karena terhalang olah tubuh Nindy. Yang jelas dari sela-sela
selangkangan Nindy mengalir cairan mani. Kemudian Nindypun seperti kebiasaan kami membersihkan penis
Richard dengan mulutnya, itu membuat Richard mengelinjang keenakan.

Malam itu kami pulang menjelang subuh, dengan perasaan yang tidak terlupakan. Kami masih sempat
bermain 2 ronde lagi dengan pasangan itu.- 

  Klik Juga - Kumpulan Foto Seksi Cewek Asia
  
Agen Judi Online Terpercaya

Sania Pembatu Plus-Plus

CERITA SEX - Sebulan ini kami kerepotan soalnya yang biasanya membersihkan rumah pulang kampung, aku telepon dia untuk balik lagi kesini katanya sudah tidak bisa karena dia menjaga orang tuanya yang sudah tua di kampungnya, sedikit pusing juga tidak ada pembantu dirumah.


Agen Judi Online Terpercaya 

Tapi memang nasib sedang mujur atau beruntung tak lama kemudian satu hari orang tua mendapatkan penggantinya, sebut saja nama Sania dia berasal dari desa Jawa tengah dia tamatan SD wajahnya yang lugu tapi memberi khas wajah desa yang oriental di usianya yang masih 18 tahun wajahnya begitu cantik.

Awalnya istri aku tidak setuju akan pembantu ini karena dia tau kalau suaminya kadang kumat menjelma menjadi buaya darat hehe, tapi dengan segala cara aku meyakinkan istriku dengan berbagai alasan yang masuk akal.

Sudah sebulan Sania menjadi pembantu dirumah aku, dia cukup gesit melakukan semua pekerjaannya dari ngepel, mencuci pakain, membantu memasak dan lain sebagainya, hampir satu minggu ini aku amati terus pekerjaan sungguh teliti dia jika melakukan sesuatunya, tapi lama kelamanaan wajah Sania semakin cantik.
Sehingga aku melihat bodynya yang seksi bibirnya yang sensual, dagunya yang lancip membuat aku betah dirumah, saat itu di bulan Agustus 2015 tepatnya hari Sabtu karena memang di kerjaanku kalau sabtu dan minggu libur aku sengaja unutk bangun ebih awal dari hari sebelumnya, dan istriku kalau hari sabtu belum tentu libur karena dia bekerja di bidang jasa.

Aku putuskan untuk langsung mandi biar fresh aku baru ingat kalau uair PAM di tempat ku ini sudah empat hari ini mati, yang biasanya aku mandi di kamar mandi dalam terpaksa aku mandi di kamar mandi satunya, saat keluar dari kamar aku mendengar suara air yang mengacur siapa lagi kalau bukan Sania, dia sedang mandi di belakang penampungan air PAM.
Kamar mandi ke dua pun aku lihat ternyata belum ada airnya jadi aku terus berjalan menuju dapur untuk mendidihkan air untuk membuat kopi biar segar, karena letak dapur dan penampunga air pam bersebelahan hanya terutup pintu aku iseng aja unutk mengintip Sania yang sedang mandi dan Waooooww tubuhnya bugil telanjang.

Tak disangka dia sedang asyk menyabuni tubuhnya aku lihat payudaranya yang tidak begitu besar tai menantang terlihat putingnya yang coklat masih keras dan kencang membikin rodalku yang di dalam celana langsung menunjukan kejantananya.

Sayangnya karena dia mandinya jongkok, meqinya nggak begitu keliatan bro, selesai mandi doi pakai handuk sambil deg-deg an takut ketahuan Aku keluar dari dapur menuju ruang tamu dan tanpa sepengetahuan doi.
Aku ikutin dari belakang menuju kamarnya, dan Aku intip lagi ohh… ternyata dia punya kebiasaan kalo mo Subuhan gak pake apa-apa cuma jubah luar aja(tau kan maksud Aku) yg nutupin seluruh badannya.

Pagi hari itu juga Aku gak nahan, sambil ngebayangin si Sania, Aku paksa istri Aku ngelayanin sampai 2 kali hahaha …gak kuat bro.

Hari-hari selanjutnya Aku jadi rajin bangun pagi dan walau PAM udah lancar lagi, tp Aku masih bisa ngintip Sania dikamarnya sehabis dia mandi.
Kebiasaan ngintip itu, bikin menambah ngeres otak Aku, dan keinginan mo menyetubuhi Sania makin bertambah besar.

Hari itu mungkin hari Naas bagi Sania, tp hari beruntung buat Aku bro… hari itu hari Minggu pagi buta, Bini Aku sepulang kerja hari sabtu ada acara di kantornya sampai malam, akhirnya bilang nggak pulang ke rumah, dia pulang ke rumah orang tuanya yang nggak begitu jauh dari kantornya.

Kesempatan neh, setan & iblis mulai main-main di otak Aku. seperti biasa, Sania bangun pagi terus langsung mandi, kali ini Aku nggak ngintip dia mandi.

Tapi langsung masuk ke kamarnya, sambil deg-deg an nunggu dia selesai mandi yang ditunggu akhirnya datang juga…(kayak acara di TV ). pas dia lagi buka handuk tanpa bra bre bro lagi dengan tenaga yang dipinjemin setan, Aku langsung peluk dan Aku cium, doi gelagepan dan tentunya kaget bukan kepalang.

“hhp..hppp” Sania berusaha untuk berontak tapi tau sendiri Setan ma Iblis udah nurunin ilmunya ma Aku, jadi doi gak bisa apa2 hehehe, mula-mula Sania Aku ancam, bahwa Aku udah punya photo bugilnya dan akan Aku sebarin ke kampungnya kalo dia nggak mau diem (padahal sih bohong, mana berani Aku moto doi, ketahuan bini berabe hehehe…) dan juga Aku ancam kalo dia gak mo nurut Aku bisa keras ma dia, dan Aku janji kalo dia nurut Aku akan tambah gajinya, akhirnya dengan terpaksa doi Nurut.

“Pak… saya mau diapain”

“sttt diem aja … pokoknya kamu taunya enak..”

“Jangan perkosa saya pak!” kata Sania memelas

“Siapa yang mau perkosa kamu, saya nggak akan perkosa kamu kok…saya cuma pengen cium aja”kata Aku untuk berusaha nenangin dia.

Karena Aku udah yakin Sania gak berontak lagi, mulai bibir Aku yang dari tadi melahap ganas bibirnya, menjelajah kesekitar buah dadanya yang putih mulus dan bagai buah mangga mengkel itu.

Sekitar agak lama juga Aku nyiumin dan menghisap buah dada dan putingnya Sania, sambil tangan Aku membelai belai lembut bibir vaginanya yang ditumbuhi bulu tidak begitu lebat.

“Pak.. jangan pak… saya belum pernah begini” ujar Sania, walau begitu tubuhnya mulai bereaksi.

“Udah tenang aja gak papa kok…” jari tanganku mulai masuk pelan-pelan di sekitar bibir vaginanya puting susunya bertambah tegang.
“Pakk..jangannn.” namun tanngannya berkata lain, tangannya memegangi kepalaku yang asyik menyedot dan memainkan putting susunya, seakan didekapnya, tidak mau dilepaskan

Setelah puas dengan buah dadanya aku dorong dia ke tempat tidur dan mulailah menjelajah vaginanya uhh.. bersih bro vaginanya (ye..abis mandi, gimana gak bersih. dengan gemas Aku lahap dan Aku isep bibir meqinya, kadang Aku sedot. Sania meracau gak jelas

“ehmmm pakk…teruss..pak” sudah banyak cairan bening memenuhi rongga meqinya, dan lidah Aku terus bermain di dalam meqinya sambil tangan Aku berusaha untuk membuka celana Aku sendiri.

Mr. P Aku udah tegang dari tadi, setelah Aku lihat Sania udah horny banget, pelan pelan Aku pasang pengaman di Mr. P Aku dan Aku tempelin Mr.P Aku ke Miss V nya perlahan-lahan Aku masukin, ternyata walau udah banyak cairan susah juga Bro…maklum perawan hehehe…, kirain reaksi Sania nggak mau, ternyata karena udah horny kali ya, dia malah Bantu ngepasin Punya Aku ke Ms. V nya.

“Pak…sakit pak, perihh…”

“iya sakit sedikit, ntar juga enaknya banyak”

Akhirnya dengan perjuangan keras bobollah keperawanan Sania, beserta lumatan bibir Aku ke bibirnya yang seksi itu, Mr. P Aku maju mundur tak kenal lelah,
“Gimana sekarang udah enak kan?”

“Hhee.. ehh….”

Beberapa menit kemudian.

“Pak .. eh.. Pak….saya…saya mau Pipis “ sambil merem melek akhirnya kakinya mengejang dan tangannya mencegkeram pundak Aku keras banget.
Sania mencapai orgasme, mungkin untuk yang pertama kalinya. Dan Aku lihat dia lemas, tapi Aku gak perduli Aku kocok terus Mr. P Aku di dalam meqinya yang udah banyak cairan bercampur darah.
“Ampun pak…ampunn…Sania capek”

“Sebentar lagi sayang…” nggak sadar Aku ngomong sayang biasanya cuam ke bini,
Tidak lama berselang Aku juga mencapai Orgasme.

“Surt… Bapak juga dah mau keluar nehhh…”

“Ehmmm… crot..crot”

Seluruh badan Aku

lemas, dan Aku rebah disamping Sania yang kelihatan menangis.

“Pak… Sania takut nih”

“Tenang…kamu gak bakalan hamil kok, dan nggak bakalan ada yang tahu…”

Hari berganti hari, perbuatan kayak gini Aku ulang setiap ada kesempatan dan Sania dengan rela sekarang ngelayanin Aku, dan yang pasti Aku selalu siap pakai pengaman demi keamanan Rumah tangga Aku juga tentunya.
Gaji yang Aku janjiin juga nggak lupa Aku tepatin, jadi lah Sania pengasuh yang multi fungsi, bisa ngasuh anaknya dan Bapaknya.-

 Agen Judi Online Terpercaya

Hilang Perawanku

CERITA SEX - Cerita ini terjadi sekitar 5 tahun yang lalu saat umurku 25 tahun. Waktu itu aku setahun
tinggal disebuah komplek perumahan yang berada dijakarta. Saat itu aku bekerja disebuah
koperasi dekat komplek. Sampai umurku yang 25 tahun waktu itu, masalah wanita kehidupanku
tidak pernah kosong. Kehidupanku selalu dihiasi oleh banyak wanita yang cantik dan seksi-
seksi. Aku juga selalu meniduri wanita yang menjadi kekasihku, karena aku selalu ngaceng
kalau melihat wnaita cantik dan semok. Begitu juga dengan kalau aku melihat kekasihku
berpakaian seksi, aku langsung saja mengajaknya untuk berhubungan Sex.



Agen Judi Online Terpercaya  

Sebagai lelaki aku sangat beruntung sekali dengan kehidupan Sex ku yang tak pernah kosong.
Naah waktu itu aku baru aja putus dengan kekasihku karena aku sudah bosan dengan Vaginanya
yang semakin lama aku rasakan makin gak enak. Sesudah putus sekarang aku ingin meraskan
sensai ngentot gadis perawan dan Disinilah aku disebut sebagai lelaki yang beruntung.
Ketika aku pulang dari kerja aku melihat seorang gadis muda sedang menyapu lantai
rumahnya, Sekejap aku berpikiran kalau inilah targetku selanjutnya. Waktu itu aku melihat
gadis itu sedang menyapu dengan menggunakan tank top ketat dan celana pendek yang juga
ketat. Dari luar tank topnya aku melihat payudara yang sangat padat dan berisi. Ukurannya
lumayan besar sekitar 34B, kulihat sekujur kakinya sangat putih mulus sampai dipahanya gak
ada belang sama sekali. Sungguh birahiku langsung naik.
Akal bulusku pun langsung keluar, karena rumah gadis itu gak jauh dari rumahku maka akupun
sudah mengetahui seluk beluknya bagaimana. Namanya Venti, saat itu Venti kelas 1 SMA
didekat komplek. Venti termasuk gadis yang lugu, namun dia sering memakai pakaian yang
sangat seksi. Aku sengaja setiap sore pulang tepat jam seperti kemaren aku melihat Venti
sedang nyapu. Filingku pun tepat, setiap pulang aku selau tepat dengan Venti, dan aku pun
menggodanya dengan memberikan siulan kepada Venti. Venti pun yang mengetahui kalau aku
yang menyiulinya pun membalas dengan senyumannya yang manis. Begitu seterusnya hingga aku
akrab degannya.
Suatu sore saat aku sedang libur kerja, aku melihat Venti dengan kebiasaanya setiap sore.
Sore itu Venti menggunakan pakaian yang sangat seksi sekali, sehngga menonjolkan bentuk
tubuhnya yang sangat indah. Dengan sangat nafsu aku tatap dia dari balik pagar dan dia pun
membalasnya dan tanpa aku sangka-sangka Venti menuju ke pintu pagar rumah aku, dan dalam
hati aku bertanya mungkin dia akan marah karena aku selalu menatapnya, tetapi hal tersebut
tidak terjadi, dia malah tersenyum manis sambil duduk dideket didepan pagar rumah aku yang
membuat nafsu aku semakin tinggi karena dengan leluasa aku dapat memandangi tubuh Venti
dan yang lebih mengasikan lagi ia duduk dengan menyilangkan pahannya yang membuat sebagian
roknya tersingkap disaat angin meniup dengan lembutnya namun ia diam dan membiarkan saja.
Dengan penuh nafsu dan penasaran ingin melihat tubuh Venti dari dekat maka aku dekati dia
dan bertannya “Duduk sendirian nih boleh aku temanin,” dengan terkejut Venti mambalikan
wajahnya dan berkata “eh…… boooboleh.” Aku langsung duduk tepat di sampingnya dikarenakan
deker tersebut hanya pas untuk dua orang. Dan untuk mengurangi kebisuan aku bertannya pada
Venti “Biasanya bertiga, temennya mana..?”, dengan terbata-bata Venti berkata “Gi.. gini
om, mereka i.. itu bukan temen aku tetapi kakak dan sepupu aku.” aku langsung malu sekali
dan kerkata “Sorry.” kemudia Venti menjelaskan bahwa kakak dan sepupunnya lagi ke salah
satu mal namannya MM. Venti mulai terlihat santai tetapi aku semakin tegang jantungku
semakin berdetak dengan kerasnya dikarenakan dengan dekatnya aku dapat memandangi paha
mulus Venti ditambah lagi dua bukit kembarnya tersembul dari balik tank topnya apabila dia
salah posisi.Cerita Sex Terbaru
Diam-diam aku mencuri pandang untuk melihatnya namun dia mulai menyadarinya tetapi malah
kedua bukit kembarnya tersebut tambah diperlihatkannya keaku yang membuat aku semakin
salah tingkah dan tampa sengaja aku menyentuh pahanya yang putih tanpa ditutupi oleh rok
mininya karena tertiup angin yang membuat Venti terkejut dan Ventipun tidak marah sama
sekali sehingga tangan aku semakin penasaran dan aku dekapkan tangan aku ke pahanya dan
dia pun tidak marah pula dan kebetulan pada saat itu langitpun semakin gelap sehingga aku
gunakan dengan baik dengan perlahan-lahan tangan kiri aku yang berada di atas pahanya aku
pindahkan ke pinggannya dan meraba-raba perutnya sambil hidungku aku dekatkan
ketelingannya yang membuat Venti kegelian karena semburan nafasku yang sangat bernafsu dan
mata ku tak berkedip melihat kedua bukit kembarnya yang berukuran sedang dibalik tank
topnya.
Tanpa aku sadari tangan kiri aku telah menyusup kedalam tank top yang ia gunakan menuju
kepunggunya dan disana aku menemukan sebuah kain yang sangat ketat yang merupakan tali BH
nya dan dengan sigapnya tangan aku membuka ikatan BH yang dikenakan Venti yang membuat
tangan aku semakin leluasa ber gerilya dipunggunya dan perlahan- lahan menyusup kebukit
kembarnya serta tangan kanan aku membuka ikatan tali BH Venti yang berada di lehernya dan
dengan leluasa aku menarik BH Venti tersebut keluar dari tank topnya karena pada saat itu
Venti mengggunakan BH yang biasa digunakan bule pada saat berjemur.
Setelah aku membuka BHnya kini dengan leluasa tangan aku meraba, memijit dan memelintir
bukit kembarnya yang membuat Venti kegelian dan terlihat pentil bukit kembarnya telah
membesar dan berwarna merah dan tanpa ia sadari ia berkata “Terusss.. nikmattttt..
Ommmm……….. ahh.. ahhhh….” Dan itu membuat aku semakin bernafsu, kemudian tangan aku
pindahkan ke pinggannya kembali dan mulai memasukannnya ke dalam rok mini yang ia kenakan
dengan terlebih dahulu menurunkan res yang berada dibelakang roknya, kemudian tangan aku
masukan kedalam rok dan celana dalamnya dan meremas-remas bokongnya yang padat dan berisi
dan ternyata Venti memakai celana dalam model G string sehingga membuat aku berpikir anak
SMP kayak dia kok sudah menggunakan G string tetapi itu membuat pikiranku selama ini
terjawab bahwa Venti selama ini menggunakan G string sehingga tidak terlihat adanya garis
celana dalam.
Lima menit berlalu terdengar suara Venti “Ahh.. terusss Om… terusss.. nikmattttt.. ahh..
ahhhh…” hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Venti pada saat aku menyentuh dan
memasukan jari tengan aku ke dalam memiawnya yang belum ditumbuhi bulu-bulu tersebut dari
belakang dan aku pun makin menggencagkan seranganku dengan mengocok memiawnya dengan
cepat. Tiba-tiba pecahlah rintihan nafsu keluar dari mulut Venti. “Ouuhhh.. Ommmm..
terus.. ahhh.. ahhhhhhhhh.. ahhhhhhhhhhhhhh..” Venti mengalami orgasme untuk yang pertama
kali.
Setelah Venti mengalami orgasme aku langsung tersentak mendengar suara beduk magrib dan
aku menghentikan seranganku dan membisikan kata-kata ketelinga Venti “Udah dulu ya..”
dengan sangat kecewa Venti membuka matanya dan terlihat adanya kekecewaan akibat birahinya
telah sampai dikepala dan aku menyuruhnya pulang sambil berkata “Kapan-kapan kita
lanjutkan lagi,” ia langsut menyahut “Ya om sekarang aja tanggung nih, lihat memiaw aku
udah basah..” sambil ia memegang memiawnya yang membuat aku berpikir anak ini tinggi juga
nafsunya dan aku memberinya pengertian dan kemudian ia pulang dengan penuh kekecewan tanpa
merapikan tank top dan roknya yang resnya masih belum dinaikan namun tidak membuat rok
mininya turun karena ukuran pingganya yang besar, tetapi ada yang lebih parah ia lupa
mengambil BH nya yang aku lepas tadi sehingga terlihat bukit kembarnya bergoyang-goyang
dan secara samar-samar terlihat putting gunung kembarnya yang telah membesar dan berwarna
merah dari balik tank topnya yang pastinya akan membuat setiap orang yang berpapasan
dengannya akan menatapnya dengan tajam penuh tanda tanya.
Setelah aku sampai di rumah aku langsug mencium BH Venti yang ia lupa, yang membuat aku
semakin teropsesi dengan bentuk gunung kembarnya dan dapat aku bayangkan dari bentuk BH
tersebut. Sejak kejadian sore itu, lamunanku semakin berani dengan menghayalkan nikmatnya
bersetubuh dengan Venti namun kesempatan itu tak kunjung datang dan yang mengherankan lagi
Venti tidak pernah berjalan-jalan sore lagi dan hal tersebut telah berlangsung selama 1
minggu sejak kejadian itu, yang membuat aku bertanya apakah dia malu atau marah atas
kejadian itu, sampai suatu hari tepatnya pada hari sabtu pagi dan pada saat itu aku libur,
cuaca sangat gelap sekali dan akan turun hujan, aku semakin BT maka kebiasaan aku yang
dulu mulai aku lakukan dengan menonton film porno, tapi aku sangat bosan dengan kaset
tersebut.

Hujanpun turun dengan derasnya dan untuk menghilangkan rasa malas dan bosan aku melangkah
menuju keteras rumah aku untuk mengambil koran pagi, tapi setibanya didepan kaca jendela
aku tersentak melihat seorang anak SMP sedang berteduh, ia sangat kedinginan dikarenakan
bajunya basah semuannya yang membuat seluruh punggunya terlihat termasuk tali BH yang ia
kenakan. Perlahan-lahan nafsuku mulai naik dan aku perhatikan anak tersebut yang kayaknya
aku kenal dan ternyata benar anak tersebut adalah Venti, dan aku berpikir mungkin dia
kehujanan saat berangkat sekolah sehingga bajunya basah semua. Kemudian aku mengatur
siasat dengan kembali ke ruang tengah dan aku melihat film porno masih On, maka aku pun
punya ide dengan megulang dari awal film tersebut dan akupun kembali ke ruang tamu dan
membuka pintu yang membuat Venti terkejut.Cerita Sex Terbaru
Pada saat Venti terkejut kemudia aku bertannya pada dia “Lo Venti ngak kesekolah nih?”
dengan malu- malu Venti menjawab “Ujan om..” aku langsung bertannya lagi “Ngak apa-apa
terlambat.” “Ngak apa-apa om karena hari ini ngak ada ulangan umum lagi.” Venti menjawab
dan aku langsung bertannya “Jadi ngak apa-apa ya ngak kesekolah?”. “Ia om”, Venti menjawab
dan dalam hati aku langsung berpikir bahwa selama ini Venti tidak pernah kelihatan karena
ia belajar untuk ulangan umum, dan inilah kesempatan yang aku tunggu- tunggu dan aku
langsung menawarinya untuk masuk kedalam dan tanpa malu-malu karena udah kedingin dia
langsung masuk kedalam ruang tamu dan langsung duduk dan pada saat itu aku memperhatikan
gunung kembarnya yang samar- samat tertutupi BH yang terlihat dari balik seragam
sekolahnya yang telah basah sehingga terlihat agak transparan.
Melihat Venti yang kedinginan, maka aku menawari dia untuk mengeringkan badannya di dalam
dan dia pun setuju dan aku menunjukan sebuah kamar di ruang tengah dan aku memberi tahu
dia bahwa di sana ada handuk dan baju seadannya. Dengan cepat Venti menuju ke ruang tengah
yang disana terdapat TV dan sedang aku putar film porno, hal tersebut membuat aku senang,
karena Venti telah masuk kedalam jebakanku dan berdasarkan perkiraan aku bahwa Venti tidak
akan mengganti baju tetapi akan berhenti untuk menonton film tersebut.
Setelah beberapa lama aku menunggu ternyata Venti tidak kembali juga dan akupun menuju
keruang tengah dan seperti dugaanku Venti menonton film tersebut dengan tangan kanan di
dalam roknya sambil mengocok memiawnya dan tangan kiri memegang bukit kembarnya. Aku
memperhatikan dengan seksama seluruh tingkah lakunya dan perlahan-lahan aku mengambil
handy cam dan merekam seluruh aktivits memegang dan mengocok memiaw dan bukit kembarnya
yang ia lakukan sendiri dan rekaman ini akan aku gunakan untuk mengancamnya jika ia
bertingkah.

Setelah merasa puas aku merekamnya. Aku menyimpan alat tersebut kemudian aku dekati Venti
dari belakang. Aku berbisik ketelinga Venti, enak ya, Venti langsung kaget dan buru- buru
melepaskan tangannya dari memiaw dan bukit kembarnya, aku langsung menangkap tangannya dan
berbisik lagi “Teruskan saja, aku akan membantumu.” kemudian aku duduk dibelakang Venti
dan menyuruh Venti untuk duduk di pangkuanku yang saat itu penisku telah menegang dan aku
rasa Venti menyadari adanya benda tumpul dari balik celana yang aku kenakan.
Dengan perlahan-lahan, tanganku aku lingkarkan keatas bukit kembarnya dan ciumanku yang
menggelora mencium leher putih Venti, tangan kananku membuka kancing baju Venti satu demi
satu sampai terlihat bukit kembarnya yang masih ditutupi BH yang bentuknya sama pada saat
kejadian yang sore lalu. Venti sesekali menggelinjat pada saat aku menyentuh dan meremas
bukit kembarnya namun hal tersebut belum cukup, maka aku buka sebagian kancing baju
seragam yang basah yang digunakan Venti kemudian tagan kiri aku masuk ke dalam rok Venti
dan memainkan bukit kecilnya yang telah basah dan pada saat itu rok yang ia gunakan aku
naikan ke perutnya dengan paksa sehingga terlihat dengan jelas G string yang ia gunakan.
Aku langsung merebahkan badannya diatas karpet sambil mencium bibir dan telinganya dengan
penuh nafsu dan secara perlahan-lahan ciuman tersebut aku alihkan ke leher mulusnya dan
menyusup ke kedua gunung kembarnya yang masih tertutup BH yang membuat Venti makin
terangsang dan tanpa dia sadari dari mulutnya mengeluarkan desahan yang sangat keras.

“Ahhhhh terussssssss Omm…….. terusssssss…. nikmattttttt….. ahh…. ahhhhhhhhhhh……. isap
terus Om.. Ahhhh…….. mhhhhhhhh. Omm…” Setelah lama mengisap bukit kembarnya yang membuat
pentil bukit kembarnya membesar dan berwarna merah muda, perlahan- lahan ciuman aku
alihkan ke perutnya yang masih rata dan sangat mulus membuat Venti tambah kenikmatan. “Ahh
ugggh…. uuhh…. agh…. uhh…. aahh”, Mendengar desahan Venti aku makin tambah bernafsu untuk
mencium memiawnya, namun kegiatanku di perut Venti belum selesai dan aku hanya menggunakan
tangan kiri aku untuk memainkan memiawnya terutama klitorisnya yang kemudian dengan
menggunakan ketiga jari tangan kiri aku, aku berusaha untuk memasukan kedalam memiaw
Venti, namun ketiga jari aku tersebut tidak pas dengan ukuran memiawnya sehingga aku
mencoba menggunakan dua jari tetapi itupun sia-sia yang membuat aku berpikir sempit juga
memiaw anak ini, tetapi setelah aku menggunakan satu jari barulah dapat masuk kedalam
memiawnya, itupun dengan susah payah karena sempitnya memiaw Venti.
Dengan perlahan-lahan kumaju mundurkan jari ku tersebut yang membuat Venti mendesah.
“Auuuuuggggkkkk…” jerit Venti. “Ah… tekan Omm.. enaaaakkkkk…terusssss Ommm…” Sampai
beberapa menit kemudia Venti mendesah dengan panjang. “Ahh ugggh…, uuhh…, agh…, uhh…,
aahh”, yang membuat Venti terkulai lemah dan aku rasa ada cairan kental yang menyempor ke
jari aku dan aku menyadari bahwa Venti baru saja merasakan Orgasme yang sangat nikmat. Aku
tarik tangan aku dari memiawnya dan aku meletakan tangan aku tersebut dihidungnya agar
Venti dapat mencium bau cairan cintannya.

Setelah beberapa saat aku melihat Venti mulai merasa segar kembali dan kemudian aku
menyuruh dia untuk mengikuti gerakan seperti yang ada di film porno yang aku putar yaitu
menari striptis, namun Venti tampak malu tetapi dia kemudian bersedia dan mulai menari
layaknya penari striptis sungguhan. Perlahan-lahan Venti menanggalkan baju yang ia kenakan
dan tersisa hanyalah BH seksinya, kemudian disusul rok sekolahnya yang melingkar
diperutnya sehingga hanya terlihat G string yang ia kenakan dan aku menyuruhnya menuju ke
sofa dan meminta dia untuk melakukan posisi doggy, Venti pun menurutinya dan dia pun
bertumpuh dengan kedua lutut dan telapak tangannya.
Dengan melihat Venti pada posisi demikian aku langsug menarik G string yang ia kenakan ke
arah perutnya yang membuat belahan memiawnya yang telah basah terbentuk dari balik G
string nya, dan akupun mengisap memiawnya dari balik G string nya dan perlahan-lahan aku
turunkan G string nya dengan cepat sehingga G string yang Venti kenakan berada di ke dua
paha mulusnya, sehingga dengan leluasa dan penuh semangat aku menjilat, meniup, memelintir
klitorisnya dengan mulut aku. “Aduh, Ommm…! Pelan-pelan dong..!” katanya sambil mendesis
kesakitan Venti menjatuhkan tubuhnya kesofa dan hanya bertumpuh dengan menggunakan kedua
lututnya. Aku terus menjilati bibir memiawnya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk
membuka lubang sanggamanya dan kujilati dinding memiawnya dengan cepat yang membuat Venti
mendesah dengan panjang.
 

“Uhh…, aahh…, ugghh…, ooohh”. “Hmm…, aumm…, aah…, uhh…,ooohh…, ehh”. “Oooom…, uuhh…” Venti
menggeliat- geliat liar sambil memegangi pinggir sofa. “Ahhh… mhhh… Omm…” demikian
desahannya. Aku terus beroperasi dimemiawnya. Lidahku semakin intensif menjilati liang
kemaluan Venti. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam memiawnya, membuat Venti
tersentak dan memiawik kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan memiawnya sambil
memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar,
sehingga Venti semakin tidak karuan menggeliat.
Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya
yang teramat basah oleh lendirnya aku pun membuka BH yang dikenakan Venti begitupun dengan
G string yang masih melingkar dipahanya dan aku menyuruh di untuk duduk disofa sambil
menyuruh dia membuka celana yang aku gunakan, tetapi Venti masih malu untuk melakukannya,
sehingga aku mengambil keputusan yaitu dengan menuntun tanggannya masuk ke balik celana
aku dan menyuruh dia memegang penis aku yang telah menegang dari tadi.

Setelah memegang penis aku, dengan sigapnya seluruh celana aku di turunkannya tanpa malu-
malu lagi oleh Venti yang membuat penis aku yang agak besar untuk ukuran indonesia yaitu
berukuran 20 cm dengan diameter 9 cm tersembul keluar yang membuat mata Venti melotot
memandang sambil memegangnya, dan aku meminta Venti mengisap penis aku dan dengan malu-
malu pula ia mengisap dan mengulum penis aku, namun penisku hanya dapat masuk sedalam 8 cm
dimulut Venti dan akupun memaksakan untuk masik lebih dalam lagi sampai menyentuh
tenggorokannya dan itu membuat Venti hampir muntah, kemudian ia mulai menjilatinya dengan
pelan- pelan lalu mengulum-ngulumnya sambil mengocok-ngocoknya, dihisap- hisapnya sembari
matanya menatap ke wajahku, aku sampai merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tara
itu.
Cepat-cepat tangan kananku meremas bukit kembarnya, kuremas-remas sambil ia terus
mengisap-isap penisku yang telah menegang semakin menegang lagi. Kemudian aku menyuruh
Venti mengurut penisku dengan menggunakan bukit kembarnya yang masih berukuran sedang itu
yang membuat bukit kembar Venti semakin kencang dan membesar. Dan menunjukan warna yang
semakin merah. Setelah puas, aku rebahkan tubuh Venti disofa dan aku mengambil bantal sofa
dan meletakan dibawan bokong Venti (gaya konvensional) dan aku buka kedua selangkangan
Venti yang membuat memiawnya yang telah membesar dan belum ditumbuhi bulu-bulu halus itu
merekah sehingga terlihat klitorisnya yang telah membesar. Batang penisku yang telah
tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya.

Dalam hati aku membatin, “Ini dia saatnya… lo bakal habis,Venti..!” mulai pelan-pelan aku
memasukkan penisku ke liang surganya yang mulai basah, namun sangat sulit sekali, beberapa
kali meleset, hingga dengan hati-hati aku angkat kedua kaki Venti yang panjang itu kebahu
aku, dan barulah aku bisa memasukan kepala penisn aku, dan hanya ujung penisku saja yang
dapat masuk pada bagian permukaan memiaw Venti. “Aduhhhhhh Omm.. aughhhhghhhhh… ghhh…
sakit Omm…” jerit Venti dan terlihat Venti menggigit bibir bawahnya dan matanya terlihat
berkaca-kaca karena kesakitan. Aku lalu menarik penisku kembali dan dengan hati2 aku
dorong untuk mencoba memasukannya kembali namun itupun sia-sia karena masih rapatnya
memiaw Venti walaupun telah basah oleh lendirnya.
Dan setelah beberapa kali aku coba akhirnya sekali hentak maka sebagian penis aku masuk
juga. Sesaat kemudian aku benar-benar telah menembus “gawang” keperawanan Venti sambil
teriring suara jeritan kecil. “Oooooohhhhgfg….. sa… kiiiit…. Sekkkallliii…. Ommmmm….”, dan
aku maju mundurkan penis aku kedalam memiaw Venti “Bless, jeb..!” jeb! jeb! “Uuh…, uh…,
uh…, uuuh…”, ia mengerang. “Auuuuuggggkkkk…” jerit Venti. “Ommm Ahh…, matt.., maatt..,
.ii… aku…” Mendengar erangan tersebut aku lalu berhenti dan membiarkan memiaw Venti
terbiasa dengan benda asing yang baru saja masuk dan aku merasa penis aku di urut dan di
isap oleh memiaw Venti,namun aku tetap diam saja sambil mengisap bibir mungilnya dan
membisikan “Tenang sayang nanti juga hilang sakitnya, dan kamu akan terbiasa dan merasa
enakan.” Sebelum Venti sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan kembali penisku ke
dalam memiaw Venti dengan cepat namun karena masih sempit dan dangkalnya nya memiaw Venti
maka penisku hanya dapat masuk sejauh 10 cm saja, sehingga dia berteriak kesakitan ketiga
aku paksa lebih dalam lagi.

“Uhh…, aahh…, ugghh…, ooohh”. “Hmm…, aumm…, aah…, uhh…, ooohh…, ehh”. “Ooommm…,sakkkitt……
uuhh…, Ommm…,sakitttt……….. ahh”. “Sakit sekali………… Ommm…, auhh…, ohh…” “Venti tahan ya
sayang”. Untuk menambah daya nikmat aku meminta Venti menurunkan kedua kakinya ke atas
pinggulku sehingga jepitan memiawnya terhadap penisku semakin kuat.. Nyaman dan hangat
sekali memiawnya..! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun, sehingga setiap tarikan
masuk dan tarikan keluar penisku membuat Venti merasakan sakit pada memiawnya. Rintihan
kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat
sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan.
Kemudian aku meraih kedua gunung kembar yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-
remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga Venti menjerit
setinggi langit. Akupun langsung melumat bibir Venti membut tubuh Venti semakin menegang.
“Oooom…., ooohh…, aahh…, ugghh…, aku…, au…, mau…, ah…, ahh…, ah…, ah…, uh…, uhh”, tubuh
Venti menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya bergetar dan mengencang, mulutnya
mengerang, pinggulnya naik turun dengan cepat dan tangannya menjambak rambutku dan
mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku yang
panjang..! Kemudian Venti memeluk tubuhku dengan erat. Venti telah mengalami orgasme untuk
yang kesekian kalinya.

“Aaww…, ooww…, sshh…, aahh”, desahnya lagi. “Aawwuuww…, aahh…, sshh…, terus Ommm,
terruuss…, oohh” “Oohh…, ooww…, ooww…, uuhh…, aahh… “, rintihnya lemas menahan nikmat
ketiga hampir 18 cm penisku masuk kedalam memiawnya dan menyentuh rahimmnya. “Ahh…, ahh…,
Oohh…” dan, “Crrtt…, crtr.., crt…, crtt”, air maninya keluar. “Uuhh… uuh… aduh.. aduh…
aduhh.. uhh… terus.. terus.. cepat… cepat aduhhh..!” Sementara nafas saya seolah
memburunya, “Ehh… ehhh… ehh..” “Uhhh… uhhh…. aduh… aduh… cepat.. cepat Ommm… aduh..!”
“Hehh.. eh… eh… ehhh..” “Aachh… aku mau keluar… oohh… yes,” dan… “Creeet… creeet… creeet…”
“Aaaoooww… sakit… ooohhh… yeeaah… terus… aaahhh… masukkin yang dalam Ommm ooohhh… aku mau
keluar… terus… aahhh… enak benar, aku… nggak tahaaan… aaakkhhh…”


Setelah Venti orgasme aku semakin bernafsu memompa penisku kedalam memiawnya, aku tidak
menyadari lagi bahwa cewek yang aku nikmati ini masih ABG berumur 12 tahun. Venti pun
semakin lemas dan hanya pasrah memiawnya aku sodok. Sementara itu … aku dengarkan lirih …
suara Venti menahan sakit karena tekanan penisku kedalam liang memiawnya yang semakin
dalam menembus rahimnya. Aku pun semakin cepat untuk mengayunkan pinggulku maju mundur
demi tercapainya kepuasan. Kira-kira 10 menit aku melakukan gerakan itu.

Tiba-tiba aku merasakan denyutan yang semakin keras untuk menarik penisku lebih dalam
lagi, dan.. “Terus.., Omm.., terus.. kan..! Ayo.., teruskan… sedikit lagi.., ayo..!”
kudengar pintanya dengan suara yang kecil sambil mengikuti gerakan pinggulku yang semakin
menjadi. Dan tidak lama kemudian badan kami berdua menegang sesaat, lalu.., “Seerr..!”
terasa spermaku mencair dan keluar memenuhi memiaw Venti, kami pun lemas dengan keringat
yang semakin membasah di badan.
Aku langsung memeluk Venti dan membisikan “Kamu hebat sayang, apa kamu puas..?” diapun
tersenyum puas, kemudian aku menarik penis aku dari memiawnya sehingga sebagian cairan
sperma yang aku tumpahkan di dalam memiawnya keluar bersama darah keperawanannya, yang
membuat nafsuku naik kembali, dan akupun memompa memiaw Venti kembali dan ini aku lakukan
sampai sore hari dan memiaw Venti mulai terbiasa dan telah dapat mengimbagi seluruh
gerakanku dan akupun mengajarinya beberapa gaya dalam bercinta. Sambil menanyakan beberapa
hal kepadanya “Kok anak SMP kaya kamu udah mengenakan G string dan BH seksi” Venti pun
menjelaskannya “bahwa ia diajar oleh kakak dan sepupunya” bahkan katanya ia memiliki
daster tembus pandang (transparan). Mendengar cerita Venti aku langsung berfikir adiknya
saja udah hebat gimana kakak dan sepupunya, pasti hebat juga.

Kapan-kapan aku akan menikmatinya juga. Setelah kejadian itu saya dan Venti sering
melakukan Sex di rumah saya dan di rumahnya ketika ortu dan kakanya pergi, yang biasanya
kami lakukan di ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, meja kerja, meja makan, dapur.,
halaman belakang rumah dengan berbagai macam gaya dan sampai sekarang, apabila saya udah
horny tinggal telepon sama dia dan begitupun dengan dia. Venti sekarang telah berumur 14
tahun dan masih suka dateng mengunjungi rumah saya, bahkan Venti tidak keberatan bila aku
suruh melayani temen-temen aku dan pernah sekali ia melayani empat sekaligus temen-temen
aku yang membuat Venti tidak sadarkan diri selama 12 jam, namun setelah sadar ia meminta
agar dapat melayani lebih banyak lagi katanya. Yang membuat aku berpikir bahwa anak ini
maniak sex, dan itu membuat aku senang karena telah ada ABG yang memuaskan aku dan temen-
temen aku, dan aku akan menggunakan dia untuk dapat mendekati kakak dan sepupunya


Baca Juga - 
Kumpulan Foto Seksi Cewek Asia 

Agen Judi Online Terpercaya